Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Blackfishing, Apresiasi atau Pencitraan Palsu dalam Mengadopsi Budaya Orang Lain

22 Februari 2023   16:52 Diperbarui: 23 Februari 2023   06:40 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Blackfishing (Pexels.com/Thais Sarmento)

Kamu-kamu yang lagi baca! Kalian pernah denger tentang "blackfishing" ga? Ini bukan soal masak-masak, tapi tentang sebuah perilaku yang lagi ngehits di media sosial. Jadi, blackfishing itu adalah ketika seseorang dengan kulit putih mencoba meniru penampilan kulit hitam dengan cara menggunakan riasan dan pakaian yang menyerupai orang kulit hitam. 

Tapi, seringkali perilaku ini dipandang sebagai tindakan yang tidak etis dan menyinggung perasaan orang-orang kulit hitam. Nah, gimana tuh cara menghadapinya? Yuk, kita simak bersama-sama!

Emma Hallberg dan Blackfishing

Artikel yang berjudul The White Instagram Influencers Who Pretend to Be Black yang ditulis oleh Leah Donnella, NPR. menjelaskan bahwa, salah satu contoh kasus yang terkenal terkait blackfishing adalah kisah dari seorang wanita kulit putih bernama Emma Hallberg. Pada 2018, Hallberg menjadi viral di media sosial karena dianggap sebagai seorang influencer kulit hitam berdasarkan foto-fotonya yang sering menampilkan penampilan kulit yang gelap.

Namun, kemudian terungkap bahwa Hallberg sebenarnya memiliki kulit putih dan menggunakan make-up dan pakaian tertentu untuk menciptakan ilusi penampilan kulit hitam. Banyak orang yang merasa bahwa tindakan Hallberg adalah bentuk dari blackfishing, dan beberapa bahkan menyebutnya sebagai "appropriation" atau pengambilan alih budaya kulit hitam.

Baca juga: Kenangan

Hallberg sendiri membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa dia hanya menggunakan riasan dan pakaian tertentu untuk mengekspresikan dirinya dan menunjukkan penghargaannya terhadap budaya kulit hitam. Namun, banyak orang masih merasa bahwa tindakan Hallberg adalah salah dan merugikan karena mengambil kesempatan dari pengalaman dan identitas orang kulit hitam.

Kasus Hallberg memicu perdebatan yang luas tentang blackfishing dan pengambilalihan budaya dalam media sosial, dan menunjukkan betapa pentingnya pemahaman yang tepat tentang penghargaan budaya dan pengambilalihan budaya.

Mengapa muncul perilaku blackfishing?

Ardvol-Abreu, A., & Kuntsman, A. dalam jurnal akademis mereka yang berjudul Blackfishing: Performing Race on Social Media. International Journal of Communication,menjelaskan bahwa perilaku blackfishing atau mengadopsi budaya dan penampilan orang kulit hitam secara tidak otentik dapat dipengaruhi oleh faktor berikut.  Beberapa di antaranya adalah:

Pencitraan atau popularitas

Beberapa orang mencoba mengadopsi penampilan kulit hitam karena mereka menganggapnya sebagai tren atau ingin mendapatkan popularitas. Mereka mungkin percaya bahwa penampilan kulit hitam dapat membantu mereka terlihat lebih menarik atau diakui di media sosial.

Kurangnya pemahaman tentang budaya

Mencoba  berpenampilan kulit hitam dilakukan oleh mereka yang kurang memahami atau menghargai budaya orang kulit hitam. Mereka mungkin merasa bahwa mengadopsi penampilan ini tidak masalah atau tidak menyadari konsekuensi yang terkait.

Ingin merasakan pengalaman orang kulit hitam

Ada juga orang yang mencoba hal tersebut semata-mata karena mereka tertarik dengan budaya orang kulit hitam dan ingin merasakan pengalaman yang sama seperti orang kulit hitam. Namun, mereka mungkin tidak menyadari bahwa mengadopsi penampilan ini secara tidak otentik dapat dianggap sebagai bentuk pengambilalihan budaya yang merugikan.

Stereotipe yang keliru

Stereotip adalah keyakinan yang umumnya tidak akurat atau tidak benar tentang suatu kelompok orang atau kejadian yang sering diulang-ulang dalam budaya populer atau media massa. Stereotip yang keliru dapat mempengaruhi cara orang berinteraksi dengan kelompok tersebut dan juga dapat memengaruhi perasaan orang dalam kelompok tersebut tentang diri mereka sendiri.

Penting untuk diingat bahwa tidak ada alasan yang dapat membenarkan pengambilalihan budaya atau perilaku blackfishing. Penting bagi kita semua untuk memahami dan menghormati budaya orang lain tanpa meniru atau mengambil alih secara tidak pantas.

Apa itu Blackfishing?

Dixon, A. R., & Peters, J. W. dalam jurnal ilmiah mereka yang berjudul Social Media's Role in Blackfishing and Cultural Appropriation mengemukakan tentang blackfishing adalah fenomena di mana seseorang dengan kulit putih atau non-hitam mengenakan riasan dan pakaian atau menggunakan gaya rambut untuk menyerupai penampilan orang kulit hitam. Fenomena ini menjadi sorotan publik karena dianggap sebagai tindakan yang mengambil kesempatan dari budaya dan pengalaman orang kulit hitam. 

Namun, dalam artikel ini, saya ingin membahas blackfishing dari perspektif yang berbeda dan mungkin tidak terduga. Pertama-tama, saya ingin menunjukkan bahwa blackfishing tidak selalu memiliki konotasi negatif. Dalam beberapa kasus, blackfishing bisa menjadi cara bagi seseorang untuk menunjukkan penghargaan dan cinta kepada budaya kulit hitam.

Misalnya, seorang selebriti dengan kulit putih dapat memakai busana tradisional Afrika atau gaya rambut yang biasa dipakai oleh orang kulit hitam sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan Black Lives Matter atau sebagai upaya untuk menunjukkan solidaritas dengan komunitas kulit hitam.

Namun, tentu saja, blackfishing bisa sangat merugikan ketika digunakan sebagai bentuk pencitraan palsu untuk mendapatkan keuntungan sosial atau finansial. Misalnya, seorang influencer kulit putih yang memakai riasan dan aksesori yang meniru penampilan orang kulit hitam untuk meningkatkan popularitasnya di media sosial. Dalam kasus seperti ini, blackfishing tidak hanya merusak kredibilitas orang yang terlibat, tetapi juga memperkuat sistem yang mengeksploitasi dan merendahkan komunitas kulit hitam.

Namun, persoalan yang lebih besar lagi adalah bahwa blackfishing dapat mengaburkan garis antara penghargaan dan pengambilalihan budaya. Seringkali, orang kulit putih yang terlibat dalam blackfishing mungkin tidak menyadari atau mengabaikan pentingnya konteks dan sejarah budaya kulit hitam. Misalnya, seseorang dapat mengenakan busana Afrika tanpa mengetahui makna dan pentingnya motif yang digunakan dalam busana tersebut bagi komunitas yang memakainya.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan menghargai budaya dan pengalaman orang lain dengan tetap mengakui perbedaan dan konteks sejarah yang terkait dengan budaya tersebut. Blackfishing harus dilihat sebagai salah satu contoh dari ketidakpedulian terhadap pengambilalihan budaya yang terjadi secara terus-menerus di masyarakat saat ini. Sebagai masyarakat yang beragam, kita harus belajar untuk memahami dan menghargai satu sama lain dengan cara yang benar dan terhormat.

Cara mengatasi perilaku blackfishing

Dilansir dari Detik.com ada beberapa cara untuk mengatasi perilaku blackfishing, kita dapat melakukan beberapa langkah berikut:

Edukasi dan pengenalan budaya

Penting untuk mempelajari dan memahami budaya orang lain sebelum memutuskan untuk mengadopsi atau meniru penampilan mereka. Edukasi dapat membantu memahami sejarah, budaya, dan makna di balik penampilan kulit hitam dan mencegah pengambilalihan budaya yang tidak pantas.

Hindari pengambilalihan budaya yang tidak pantas

Ketika kita memahami budaya orang lain, kita harus menghargainya dengan menghindari pengambilalihan budaya yang tidak pantas. Kita harus memastikan bahwa kita tidak meniru atau mengambil alih penampilan atau gaya hidup orang lain secara tidak pantas.

Gunakan platform media sosial dengan bijak

Penggunaan media sosial harus dilakukan dengan bijak. Kita harus berpikir dua kali sebelum memposting atau membagikan konten yang dapat dianggap sebagai pengambilalihan budaya atau stereotipe yang keliru.

Menciptakan kesadaran

Membuat kesadaran tentang bahaya pengambilalihan budaya dan pentingnya menghormati budaya orang lain dapat membantu mengurangi perilaku blackfishing dan mendorong orang untuk menghormati budaya orang lain.

Mendukung pengaruh yang positif

Mendukung pengaruh yang positif di media sosial atau dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu meningkatkan pemahaman dan menghormati budaya orang lain. Dengan mendukung orang yang menghormati budaya orang lain, kita dapat membantu mengatasi perilaku blackfishing.

Finally, setelah membaca artikel ini, semoga kamu yang baca jangan sampe ikutan blackfishing ya! Kita harus menghormati budaya orang lain dan tetap menjadi diri sendiri. Kalo kita terus-terusan coba meniru penampilan atau gaya hidup orang lain, itu nggak bakalan membuat kita jadi lebih baik. Jangan lupa buat selalu belajar dan membuka pikiran kita tentang budaya dan pengalaman orang lain, karena hidup ini banyak warna dan keberagaman, dan kita semua punya tempat yang sama di dunia ini. So, tetap jadi diri sendiri, yuk! *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun