Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenangan

22 Februari 2023   11:53 Diperbarui: 22 Februari 2023   11:56 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kenangan (Pexels.com/Chriss J.Mitchell)

Suasana senja masih terlihat indah ketika Arini memasuki taman kota yang dulu sering ia kunjungi saat masih kecil. Taman kota ini selalu terlihat penuh dengan warna dan kehidupan pada masa itu, tetapi kini tampak sepi dan sunyi. Saat itu Arini teringat pada kenangan masa kecilnya yang selalu membuatnya bahagia.


Arini merasa senang sekali saat taman ini masih terlihat sama persis dengan masa kecilnya. Pohon-pohon besar yang menjulang tinggi, jalan setapak yang sering ia jelajahi, dan mainan ayunan yang pernah menjadi favoritnya. 

Semuanya terasa sama. Terlihat sama. Namun, yang berbeda adalah dirinya sendiri. Seiring dengan bertambahnya usia, Arini merasa hidupnya tidak lagi semudah dulu. Ia merasa banyak beban dan tanggung jawab yang harus dipikul.

"Mamaaa, tolong cariin bonekaku yang ilang dong!" Teriak Arini kecil manja. 

Mama segera datang dan memeluk Arini.

"Wah, kenapa kamu ilangin bonekamu sih, nak?" Tanya Mama dengan suara yang lembut.

"Bukan ilangin, mama. Dia tiba-tiba hilang pas kita main petak umpet. Sudah cari-cari di sana-sini tapi ga ketemu." Ditanya seperti itu, Arini dengan sigap membela diri.

"Ya udah, ibu bantu cariin. Kamu ingat ga terakhir bonekanya kamu taro di mana?"

"Hmm, aku taro di atas kotak mainanku waktu nyari temen. Tapi sekarang ga ada di situ." 

Wajah Arini yang chuby dan memerah itu tampak merengut.

"Oke, mari kita cari lagi. Bonekanya warna apa, nak?" Tanya Mama lagi.

"Warnanya pink dengan baju biru. Dia juga punya topi biru lucu."

"Oke, ibu coba cari. Kamu cari di sini ya."

Taman kota itu terletak di tengah-tengah kota, dengan pepohonan besar yang rimbun dan rumput yang terawat dengan baik. Taman ini cukup luas dan terdiri dari berbagai area yang berbeda, termasuk area bermain anak-anak, area piknik, dan area berjalan-jalan.

Di area bermain anak-anak, terdapat permainan ayunan, perosotan, dan tali-tarzan. Di sisi lain, terdapat area piknik yang luas dengan banyak meja piknik dan bangku yang tersedia. Beberapa keluarga duduk di sana, sementara yang lain membawa makanan dan minuman mereka sendiri.

Terdapat pula sebuah kolam kecil dengan air yang jernih dan tenang. Di dalam kolam terdapat beberapa batu besar yang diletakkan secara acak, serta tanaman air yang tumbuh subur. Beberapa anak-anak bermain di dalam air, sementara yang lain duduk di pinggir kolam dan menonton.

Di sepanjang taman, terdapat jalan setapak yang ramai, yang menghubungkan semua area taman. Beberapa orang berjalan-jalan, sementara yang lain berlari atau bersepeda. Di pagi hari, ada beberapa orang yang berolahraga di taman, termasuk jogging, bersepeda, dan senam.

Kesan keseluruhan dari taman kota adalah tempat yang terawat dengan baik dan menyenangkan, di mana orang dapat bersantai dan menikmati waktu luang mereka di tengah-tengah kota yang sibuk.

Di tengah-tengah kenangannya, Arini melihat seorang anak kecil sedang menangis di bawah pohon. Arini merasa iba melihat anak tersebut dan ia ingin membantu. Saat Arini bertanya, anak tersebut menjawab bahwa ia kehilangan bonekanya.

"Mbak, aku kehilangan boneka kesayanganku."

"Apa? Jangan khawatir, kamu pasti bisa menemukannya lagi. Kapan kamu kehilangannya?"

"Tadi pagi, waktu aku main di taman. Saya sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tidak ada."

"Kamu sudah mencoba tanya ke petugas taman? Mereka biasanya menyimpan barang-barang yang ditemukan di taman."

"Sudah, tapi mereka bilang tidak menemukan bonekaku. Aku sangat sedih."

"Tenang saja, pasti ada jalan keluar. Kamu tahu, aku dulu juga pernah kehilangan bonekaku waktu kecil. Tapi, ibuku memberi aku boneka kelinci warna merah muda yang baru dan aku menyukainya juga."

Arini mengajak anak tersebut mencari bonekanya, tetapi setelah mencari selama beberapa waktu, mereka tidak bisa menemukannya. Meski Arini telah berusaha memberikan semangat dan menghibur anak tersebut, tetapi anak tersebut masih menangis. Arini merasa sedih dan berpikir tentang bagaimana ia bisa menghibur anak tersebut.

Kemudian, Arini teringat tentang kisah masa kecilnya saat ia juga kehilangan bonekanya. Saat itu, Arini merasa sangat sedih dan ia ingin menangis, tetapi ibunya mengajaknya untuk memeluk bonekanya yang lain, yaitu sebuah kelinci berwarna merah muda. Saat itu, Arini merasa bahwa kelinci merah muda itu menjadi teman terbaiknya dan ia selalu merasa lebih baik saat memeluknya.

"Nak, kenapa kamu menangis?"

"Bonekaku hilang, Mama. Aku ga tau kemana dia pergi."

"Wah, kasihan kamu. Kamu merasa kehilangan sekali ya?"

"Iya, Mama. Bonekaku teman baikku, dia selalu ada di sampingku."

"Tenang, nak. Mama punya solusi. Lihat, ini ada boneka kelinci warna merah muda yang baru. Kamu suka?"

Arini menatap ke arah ibunya dengan tatapan tidak percaya. Ia mengusap mata, mencoba menghilangkan air mata.

"Benarkah ini untukku, Mama?"

"Tentu saja, ini hadiah dari Mama karena kamu anak yang pintar dan baik hati. Kamu mau beri nama kelinci ini?"

"Aku mau nama dia, Pelangi. Terima kasih, Mama!"

"Sama-sama, Nak. Jangan sedih lagi, ya. Mama selalu di sini untukmu."

Arini pun mengajak anak tersebut ke sebuah toko mainan dan membelikan boneka kelinci merah muda untuknya. Anak tersebut senang sekali dan bahagia seperti Arini dulu. Saat itu, Arini merasa bahwa ia telah memberikan kenangan bahagia untuk anak tersebut seperti ibunya pernah memberikan untuknya.

Kemudian, Arini menyadari bahwa hidup itu seperti lingkaran. Seperti taman kota ini yang tidak pernah berubah, tetapi dirinya sendiri yang berubah. Meskipun Arini menghadapi banyak perubahan dan tantangan dalam hidupnya, namun kenangan bahagia dari masa kecilnya selalu hadir di hatinya dan memperkuatnya dalam menghadapi segala hal.

Dengan memegang boneka kelinci merah muda itu, Arini pun berjalan meninggalkan taman kota, tetapi hatinya penuh dengan kenangan bahagia dari masa kecilnya dan juga kenangan bahagia yang baru saja ia berikan kepada anak kecil itu.

Ketika aku masih kecil, taman kota ini adalah tempat terbaik untuk bermain. Aku dan teman-temanku akan berlarian di atas rumput hijau, dan bermain-main di dalam kolam. Tapi sekarang, semuanya tampak berbeda. Taman ini sepi dan tidak terawat, dan orang-orang tidak datang ke sini lagi.

Aku juga merasa berbeda. Ketika aku kecil, hidupku mudah dan penuh kebahagiaan. Tapi sekarang, aku merasa kesepian dan terasing. Aku tahu bahwa hidup tidak selalu mudah, dan kadang-kadang kita harus melalui masa sulit untuk mencapai hal-hal yang lebih baik. Tapi kadang-kadang, rasanya sulit untuk terus bertahan.

Tapi kemudian, aku bertemu dengan anak kecil yang sedang menangis karena kehilangan bonekanya. Aku tahu persis bagaimana rasanya kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Tapi aku juga tahu bahwa kenangan bisa membantu kita merasa lebih baik. Itulah mengapa aku membelikan boneka kelinci merah muda untuk anak itu. Aku tahu bahwa boneka itu tidak akan menggantikan apa yang hilang, tapi mungkin bisa membantu anak itu merasa sedikit lebih baik.

Mungkin itulah yang harus aku lakukan, mencari kenangan bahagia yang masih tersisa, dan membiarkan mereka membantu aku merasa lebih baik. Mungkin aku tidak akan pernah bisa kembali ke masa kecilku yang bahagia, tapi aku masih bisa menemukan kebahagiaan di masa sekarang. Dan siapa tahu, mungkin aku bisa membantu orang lain merasa lebih baik juga.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun