Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Rumus Menulis Artikel Anti Writer Block untuk Pemula

17 Januari 2023   20:07 Diperbarui: 17 Januari 2023   20:23 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat menulis sebuah artikel, biasanya kita akan terkendala dengan masalah Writer Block (WB) alias pikiran terasa mandeg, seperti kehabisan ide, buntu tidak tahu apa yang harus ditulis, harus menulis tentang apa. Bahkan, saat sudah menemukan sebuah ide atau judul tulisan sekalipun. Entah mengapa, tulisan itu tidak kunjung menjelma menjadi sebuah artikel. Hanya judul saja, dan mandeg di situ hingga berhari-hari, minggu, bahkan berbulan-bulan lamanya.

Jika anda memiliki masalah seperti tersebut di atas. Maka, tenang saja karena Anda tidak sendirian. Hampir 90 persen penulis, baik penulis pemula maupun penulis sekelas J.K. Rowling sekalipun pernah lho, mengalami writer's block. Oleh karena itu, berikut saya bagaikan rumus menulis artikel anti writer block ala saya.

Rumus Menulis Artikel ala saya

Hai guys! inilah lima poin penting rumus menulis artikel ala saya yang terbukti ampuh dan mudah untuk dipraktekan. Bahkan, oleh penulis yang baru mulai akan menulis. Rumus menulis ini dapat diaplikasikan, setelah kita menemukan sebuah ide atau tema yang akan kita tulis. Pada umumnya, setelah menemukan tema, kita akan menjabarkan tema tersebut menjadi sebuah judul. Umpama, tema yang kita ambil adalah Latto-Latto sebagai mainan yang sedang viral akhir-akhir ini. Maka, kita bisa mengambil satu sudut pandang saja yang akan dijadikan sebagai judul, misalnya : Bahaya Latto-Latto dan Manfaat yang Besar di Balik Viralnya Mainan ini.

1. Story

Pada paragraf pertama, kita tidak lagi harus bingung tentang apa yang harus kita tulis. Story atau cerita merupakan narasi atau kisahan yang bisa kita tulis untuk memulai artikel kita. Tuliskan saja apa yang kamu lihat, dengar, dan rasakan tentang fenomena latto-latto yang sedang marak saat ini.

Kamu bisa mulai menulis dengan kalimat: 

" Anto seorang pelajar sekolah menengah pertama, saat ini ia duduk di kelas 8. Seiring dengan viralnya mainan latto-latto di nusantara. Anto pun tidak ketinggalan, ia bersama beberapa orang temannya bahkan nekad membawa mainan tersebut ke sekolah. Padahal, beberapa kali Anto diingatkan oleh Ibu/Bapa Guru agar menyimpan mainan tersebut di rumah saja, jangan dibawa dan dimainkan di sekolah. Namun, Anto dan beberapa temannya tidak mendengar saran tersebut. Mereka tetap saja membawa serta mainan tersebut di tas. Pada saat istirahat, mereka pun memainkannya. Dan, akhirnya kejadian yang tidak diinginkan pun datang. Mainan tersebut membentur mata Anto dengan sangat keras, hingga matanya bengkak, berdarah, dan tidak bisa dibuka."

Kita bisa menuliskan narasi pada paragraf pertama hingga paragraf ketiga. Itu sudah lebih dari cukup, karena bila terlalu banyak melebihi tiga paragraf. Maka, artikel kita akan kehilangan esensi kebermanfaatannya. Alih-alih menjadi sebuah tulisan yang berbobot, malah akan seperti cerita pendek atau pentigraf (Cerpen tiga paragraf).

Narasi digunakan sebagai pembuka artikel, bukan tanpa maksud dan tujuan. Hal ini memiliki manfaat dalam memberikan pemahaman kepada pembaca, agar mereka mencerna masalah yang akan diberikan di dalam artikel diawali dari hal yang mudah terlebih dahulu, yakni melalui cerita, contoh peristiwa dalam kehidupan nyata, dan ilustrasi yang ringan. Sehingga, pembaca dengan pemahaman yang sangat lambat sekalipun akan mudah mengerti.

2. Why

Pada paragraf selanjutnya, setelah narasi. Mungkin paragraf keempat dan seterusnya, kita dapat memaparkan tentang Why, mengapa? yakni faktor penyebab atau alasan yang melatarbelakangi mengapa Anto dan beberapa temannya membawa mainan Latto-Latto ke sekolah. Dalam menjabarkan hal ini, kita harus berpikir, dan menemukan alasannya. Bila sudah dipikirkan, namun tidak juga ketemu alasannya. Kita bisa juga dengan googling. 

Kamu bisa menuliskan kalimat berikut, untuk paragraf setelah narasi :

"Ternyata, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi tindakan Anto dan teman-temannya, mengapa mereka membawa Latto-Latto ke sekolah. Berikut adalah alasan mereka. 

1. Suka

Saat dilakukan wawancara secara sederhana oleh guru, Anto dan teman-temannya mengatakan bahwa mereka suka pada mainan tersebut. Pada suaranya, bentuknya, dan cara memainkannya.

2. Tidak mau ketinggalan hal yang viral

Anto juga mengatakan, bahwa sebagai pelajar yang sedang dalam fase ingin mengetahui tentang segala sesuatu. Ia juga merasa tidak boleh ketinggalan hal yang sedang viral. Apalagi, mainan ini ternyata juga tidak hanya ada di di Indonesia. Tapi, juga populer di luar negeri.

3. Agar terlihat sebagai orang yang update

Anak seusia Anto sedang berada pada tahap ingin pamer, membanggakan diri, dan mendapat pengakuan. Oleh karena itu, merupakan sesuatu hal yang wajar. Jika mereka ingin terlihat sebagai orang yang selalu update dan tidak ketinggalan jaman.

Untuk poin 1,2, dan 3 di atas, kita harus memberikan penjelasan antara 3-5 kalimat saja. Agar apa yang kita sebutkan pada poin-poin tersebut memberikan informasi yang cukup dan mempermudah pembaca dalam memahaminya.

3. What

Dalam bagian ini, kita dapat menuliskan definisi atau pengertian Latto-Latto sebagai inti dari tulisan kita, asal kata, sejarah, dan apa saja bahaya yang ditimbulkan dari mainan tersebut. Dalam menuliskan hal-hal tersebut, kita harus googling untuk menemukan data dan fakta yang benar dan sesuai, agar tulisan kita tidak terkesan menghayal dan dangkal.

Jangan lupa, dalam bagian ini kita harus mencantumkan nama sumber dari mana asal informasi yang kita peroleh terkait latto-latto tersebut. Agar kamu tidak tercatat sebagai plagiat, dan artikelmu tidak disebut sebagai plagiarisme. Kamu dapat menulis seperti berikut:

"Dikutip dari Jabar.com, bahwa Latto-latto berasal dari bahasa ...., permainan ini dalam bahasa Sunda dikenal juga dengan sebutan nok-nok. Pada tahun 1971 latto-latto sempat viral. Namun, karena muncul beberapa dampak negatif dan membahayakan keselamatan anak-anak. Maka, mainan ini pun dilarang untuk beredar. Berikut adalah bahaya yang diakibatkan dari permainan Latto-Latto ini, diantaranya :

1. Membahayakan mata dan kepala orang yang memainkannya.

Sudah banyak berita, baik di TV maupun surat kabar yang mengabarkan bahwa ada beberapa anak yang kehilangan penglihatannya, cedera pada bagian kepala dan beberapa bagian tubuh yang lain. Bahkan, ada anak yang sampai harus kehilangan masa depan, karena tidak bisa melihat lagi.

2. Suara latto-latto yang keras dapat mengganggu kenyamanan bagi pendengaran dan akan menyebabkan terganggunya konsentrasi .

Orang-orang mengatakan bahwa suara latto-latto yang keras dapat menyebabkan rasa yang tidak nyaman pada pendengaran mereka. Selain itu, hal tersebut juga akan mengganggu konsentrasi saat belajar, bekerja, dan istirahat.

3. Akan membahayakan orang-orang yang ada di sekitar orang yang sedang memainkan latto-latto.

Selain membahayakan diri sendiri, latto-latto juga akan berdampak buruk pada keselamatan orang lain. Karena, saat dimainkan dengan kencang, bisa saja mainan ini membentur kepala atau bagian tubuh orang lain. Sehingga, akan menimbulkan trauma, memar, atau bahkan benjolan.

4. How

Solusi, tips, atau tata cara yang benar tentang sesuatu hal dapat kamu tulis di bagian ini. Kamu dapat mengungkapkan tentang bagaimana caranya agar latto-latto tidak menjadi sesuatu hal yang berbahaya baik bagi yang memainkannya, maupun bagi orang yang ada di sekitarnya.

Hal berikut bisa kamu tulis :

"Agar permainan latto-latto tidak mendatangkan bahaya dan mengancam keselamatan jiwa kita. Maka, berikut adalah beberapa cara memainkan latto-latto yang aman.

1. Pemain bisa menggunakan helm sebagai pelindung bagi kepala dan mata, agar meminimalisir resiko terbentur oleh mainan bundar tersebut.

2. Saat bermain, usahakan pemain mengambil jarak yang aman, umpama dua meter. Agak berjauhan dari orang yang ada di sekitarnya. Hal ini berguna untuk mengurangi dampak dari terbantingnya atau copotnya latto-latto dari tali yang mengikatnya.

3. Mainkan latto-latto dengan volume sedang, jangan terlalu kencang. Supaya, suara yang ditimbulkan tidak terlalu bising, selain itu volume yang sedang akan mengurangi resiko bahaya yang ditimbulkan.

5. What If

Penutup merupakan kesimpulan, intisari atau ringkasan dari artikel yang sudah kamu tulis. Pada bagian ini kamu juga dapat memaparkan tentang manfaat dari tema yang kamu bahas, dalam hal ini latto-latto.

Kamu bisa menuliskannya sebagai berikut:

"Sebenarnya, bila kita menyikapi maraknya latto-latto ini secara bijaksana. Ada beberapa manfaat yang akan kita peroleh, bila kita bisa memainkannya secara benar. 

1. Bisa mengurangi dampak kecanduan gadget pada anak. Dengan adanya mainan viral ini, beberapa ibu-ibu mengaku bahwa mereka  sangat bersyukur sekali, karena kini anaknya sudah mulai berhenti dan meninggalkan bermain gadget. Bila biasanya, mereka mabar sampai pukul 24.00 malam. Setelah ada latto-latto, anak bisa tidur lebih awal, pada pukul 19.00. Karena, kecapean mabar latto-latto bersama teman-temannya.

2. Latto-latto yang dimainkan secara benar, dapat bermanfaat melatih saraf motorik pada otot tangan. 

Itulah, rumus dalam menulis artikel yang mudah dan gampang, anti writer's block ala saya. Selamat mencoba, semoga berhasil. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun