Hutama dan Nadia sudah menjalani pernikahan selama puluhan tahun. Baru-baru ini, pasangan yang selalu tampak harmonis ini merayakan ulang tahun emas pernikahan mereka. Di usia pernikahan yang genap lima puluh tahun, pandangan mata keduanya membuat iri dan decak kagum para tamu undangan.
Bagaimana tidak, selama perayaan tersebut, Nadia selalu memandang Hutama dengan tatapan yang memiliki sejuta makna. Begitu pun sebaliknya dengan Hutama. Seakan hanya merekalah fokus utama bagi tatapan mata itu. Tidak ada kata-kata yang terucap, baik sekedar 'i love u' atau kalimat yang lain.
Tatapan dengan sejuta makna itulah yang mereka hadirkan. Sederhana dan tampak biasa saja. Tapi, hal ini menjadi sangat luar biasa artinya. Karena, dari mata lah kita akan tahu bagaimana dalamnya isi hati seseorang.
Bukan Komunikasi!
Selama ini, bila membaca artikel-artikel tentang kunci hubungan rumah tangga agar awet dan langgeng. Maka, artikel apapun yang kita baca. Dan bertanya kepada siapa pun pasangan yang sudah berhasil mengarungi bahtera rumah tangga dalam jangka waktu yang lama. Jawaban yang akan kita dapat adalah, "Perbaikilah komunikasi! karena itu adalah kunci harmonisnya hubungan rumah tangga."
Dalam hal ini, peribahasa Sunda juga mengatakan, "Hade ku omong, goreng ku omong." Artinya, perkataan yang baik akan berakibat baik, dan perkataan buruk akan buruk pula akibatnya. Jadi, komunikasi dengan ucapan yang baik merupakan kunci dalam segala hal. Entah itu, hubungan rumah tangga, bisnis, dan sosialisasi.
Sebut saja Mark Manson, seorang penulis dan blogger Internasional. Saat baru menikah, Mark mengadakan penelitian kecil-kecilan dengan cara meminta pendapat dari para followernya. Tema yang ditanyakan adalah mengenai bagaimana cara membangun rumah tangga yang bahagia. Akibat survei tersebut telah mengantarkan Mark sukses diwawancarai oleh Busines Insider-situs web, berita bisnis, selebriti, dan teknologi Amerika Serikat.
Dari hasil penelitian tersebut, ada 1500 pasangan yang berkenan memberikan respon serta menyampaikan nasihat mereka. Bahkan, nasihat tersebut tidak saja datang dari pasangan yang sudah berhasil mengarungi bahtera rumah tangga dalam jangka waktu yang lama. Namun juga, berasal dari pasangan yang bercerai.
Oleh karena itu, nasihat yang berasal dari hasil survei tersebut amatlah lengkap. Tidak hanya Do's alias hal-hal yang harus dilakukan. Tapi juga Don't atau hal-hal yang harus dihindari dalam hubungan rumah tangga.
Sebenarnya, saat mengajukan pertanyaan bagaimana cara membangun rumah tangga yang bahagia kepada para followernya. Mark sudah memiliki hipotesa atau jawaban tersendiri. Dalam hati Mark berkata, "Paling-paling nasihatnya tentang masalah komunikasi."
Namun ternyata, hipotesa Mark tersebut 100 persen keliru. Dengan demikian, bukan komunikasi ya, guys! kunci sukses dalam menjalani rumah tangga agar awet dan langgeng. Karena, kenyataannya banyak pasangan yang sudah menjalani hubungan puluhan tahun. Hubungan tampak mesra, romantis, dan selalu harmonis. Namun, tiba-tiba saja kita dengar kabar perceraian. Nah, lho!
Mark pun mengolah data hasil penelitian tersebut. Setelah semua data selesai diolah, Mark kembali dikejutkan dengan hasilnya. Bahwa, ternyata komunikasi bukanlah akar masalah atau solusi agar hubungan rumah tangga langgeng dan bahagia. Lalu, apa dong?
Mark menemukan fakta bahwa ada pasangan-pasangan yang memiliki gaya komunikasi yang biasa-biasa saja, tidak intens, bukan juga dengan gaya bahasa yang romantis dan penuh kelembutan. Tapi, rumah tangga mereka berjalan mulus, awet, bahagia, dan baik-baik saja.
Mark pun menemukan, satu kata kunci. Bahwa, sikap yang selalu ada pada rumah tangga yang awet dan bahagia itu adalah RESPECT.
Respek adalah kunci hubungan rumah tangga langgeng dan awet
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kita akan menemukan, bahwa kata respek memiliki makna hormat atau menaruh rasa hormat.Â
Mark mendefinisikan respek sebagai rasa saling menghormati antara satu sama lain. Suami menghormati istri, begitu juga sebaliknya. Respek adalah tindakan mengesampingkan ego masing-masing. Mau untuk mendengarkan pasangan dan menahan diri saat berbicara.
Lebih rinci lagi, Stephen Covey memaknai respek sebagai, seek to understand than to be understood. Artinya kita harus berusaha untuk memahami situasi pasangan terlebih dahulu, daripada menuntut agar orang lain memahami kita.
Respek ini akan sangat berguna, bahkan ketika pasangan kita marah-marah dan berbicara dengan intonasi yang tinggi. Maka, kita akan bersikap tenang, dan tidak mudah terpancing. Kita akan memahami situasi terlebih dahulu, dan bertanya dalam hati, "Apa penyebab dia seperti itu? Tidak seperti dia yang biasanya. Pasti ada hal yang sedang mengganggu pikirannya."
Cara membangun respek pada pasangan
Dilansir dari parenting.com, pasangan terapis dan konselor pernikahan Linda Bloom, L.C.S.W. dan Charlie Bloom M.S.W., yang menulis buku 101 Things I Wish I Knew When I Got Married: Simple Lesson to Make Love Last, mengatakan bahwa untuk memiliki hubungan yang baik, perlu ada sikap saling menghargai dan menghormati di antara kedua pasangan.
1. Menghormati pasangan
Kita harus memperlakukan pasangan sebagaimana kita ingin diperlakukan. Tanamkan keyakinan, bahwa di dalam rumah tangga, hubungan yang berjalan bukan antara atasan-bawahan. Tapi, suami dan istri memiliki kedudukan yang sama, kita adalah partner yang saling melengkapi. Sehingga, dari hal tersebut akan tertanam rasa penghargaan, kekaguman, dan penghormatan kepada pasangan.
2. Mengesampingkan ego
Setiap individu memiliki ego masing-masing, itu harus kita terima dan akui. Bahwa, setiap kita ingin dan butuh ego tersebut diterima dan dihargai oleh pasangan. Namun, bukan berarti kita harus selalu ngotot dan seakan-akan merasa hanya ego kita saja yang penting.Â
Sesekali, kita juga harus belajar untuk mengesampingkan ego kita, dan menerima serta mendahulukan ego pasangan kita. Dengan demikian, akan timbul rasa saling menghargai dan menerima dalam hubungan rumah tangga.
3. Memahami situasi pasangan
Saat pasangan sedang dilanda masalah, emosinya tidak stabil, uring-uringan, marah-marah, stres, dan hubungan terasa tidak enak. Maka, kita harus menahan diri untuk tidak terpancing emosi dan berusaha memahami situasi yang dihadapi pasangan.
Kita harus bersikap memaklumi, bahwa dia sedang mengalami sebuah masalah yang di luar kendali dirinya. Oleh karena itu, dia menjadi berbeda dari biasanya. Maka, salah satu bukti respek kita adalah terima dan pahami situasinya. Bersikaplah tenang dan membantu menenangkan emosinya tanpa banyak bicara dan menghakimi.
Dalam situasi ini, kita harus menekan keinginan dari perasaan kita sendiri. Jangan ingin dipahami dan diperhatikan oleh pasangan. Saat ini, posisi kita lah yang berperan sebagai memahami situasi dan perasaannya.
5. Mau mendengarkan
Mendengarkan adalah sebuah keterampilan yang bisa disebut gampang tapi sebenarnya susah. Karena, tidak semua orang mau dan mampu mendengarkan orang lain.Â
Dalam keterampilan mendengar, tidak hanya telinga yang harus kita pasang. Namun, juga hati dan jiwa yang mau mendengar keluh-kesah, kesulitan, dan masalah yang sedang dialami pasangan. Tanpa menghakimi, menyalahkan, atau memberi saran yang tidak dia minta.
6. Mampu menahan diri saat berbicara
Alih-alih membuat hubungan menjadi langgeng dan awet. Banyak berbicara dan cerewet, apalagi banyak omong tidak pada tempatnya. Akan membuat hubungan terasa tidak nyaman, berisik, dan membosankan.Â
Suasana yang tenang, mengutamakan perasaan, dan berbicara dari hati ke hati. Justru menjadi kunci harmonisnya pasangan dalam rumah tangga.
Walaupun kita sangat ingin berbicara dan mengeluarkan unek-unek kepada pasangan. Maka, alangkah lebih baiknya jika kita mampu menahan diri dari kata-kata yang buruk.Â
Utamakan solusi, bukan emosi. Dengan demikian, pasangan kita akan merasa nyaman berbicara dengan kita, dan mau mendengar apa yang kita katakan.
Itulah, rahasia hubungan rumah tangga langgeng dan awet hingga usia tua, bahkan sampai maut memisahkan.Â
Semoga rumah tangga yang sedang kita jalani bersama pasangan diberkahi Allah SWT, diberikan keturunan yang shalih/shalihah, dan rumah tangga yang kita jalani dipenuhi kebahagiaan dan langgeng. Selamat mencoba, semoga berhasil. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H