Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ibu adalah Kunci Kesuksesan Seorang Anak

22 Desember 2022   19:12 Diperbarui: 22 Desember 2022   19:35 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu juga selalu berkata, saat beliau mengajari saya menjahit pakaian yang sobek. "Kita orang kecil, jangan manja atau hidup sok-sokan. Harus terbiasa untuk mandiri, bekerja menghasilkan uang meskipun kamu seorang perempuan. Agar nanti kalau punya suami, kita tidak bergantung pada suami." Menurut saya, beliau sudah anti-mainstream dari dulu dalam mendidik saya.

Padahal, saat itu tahun 1990-an semua ibu di kampung selalu berharap untuk cepat-cepat menikahkan anak perempuannya. Agar bisa cepat mendapatkan lelaki yang akan menafkahi putrinya, membelikan rumah, memberi uang. Lalu, orang tua dapat hidup dengan tenang. Karena, anak perempuannya sudah mendapatkan jodoh. Bagi anak perempuan saat itu, kerja dan menghasilkan uang bukanlah suatu keharusan. Karena, bagi perempuan akan dipinang oleh lelaki, dinikahi, dan kehidupannya berada di bawah tanggung jawab lelaki yang menjadi suaminya.

Tidak pernah memuji

Ibu saya berbeda dari ibu kebanyakan. Walau hanya perempuan dengan tamatan Sekolah Rakyat (SR), beliau sangat menekankan pentingnya pendidikan. Ibulah satu-satunya orang yang mendukung keinginan dan cita-cita saya melanjutkan sekolah hingga ke perguruan tinggi. Meski dukungan itu tidak pernah dia tampakkan secara gamblang. Dia selalu bersikap biasa saja, lurus, dan seakan tidak terjadi apa-apa. 

Termasuk saat saya dengan girang memamerkan raport dan hadiah juara umum saat SD. Dia biasa saja responnya, sama sekali datar dan tanpa ekspresi. Bahkan, saat dia diminta datang ke sekolah. Karena, anaknya mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke SMU yang ada di kota. Menurut saya, semua itu adalah pencapaian yang luar biasa. Karena, untuk mendapatkannya saya berjuang, bermandi peluh dan keringat, serta membagi waktu antara belajar, mengaji, menggembala domba, dan seabreg pekerjaan rumah tangga yang harus dikerjakan.

Tidak ada sepatah kata pun pujian atau seulas senyum penuh kebanggaan yang tersungging dari bibirnya. Entahlah, sesaat saya pernah merasa kecewa. Tapi, akhirnya saya sadar, "Memang semua hasil ini sebenarnya biasa saja, tidaklah saya harus euforia untuk merayakannya. Justru keberhasilan adalah pintu gerbang yang menuntut perjuangan berikutnya yang lebih berat." Jadi, sikap ibu sudah benar. Saya jangan terlena dengan keberhasilan.

Saat saya lulus SMU dengan nilai lumayan memuaskan, ibu berkata "Kamu boleh kuliah, asal di negeri. Kalau tidak lolos UMPTN berarti tidak ada kuliah. Kamu harus rela hanya menjadi istri dari seorang lelaki desa yang bekerja sebagai petani." Kata-kata itu, alih-alih mematahkan semangat, justru menjadi ajimat yang sangat ampuh bagi saya.

Hingga akhirnya, saya bisa lolos UMPTN dan bisa kuliah di Universitas Padjadjaran mengambil jurusan Sastra Sunda. Qodarulloh, sekarang saya sudah diangkat menjadi PNS guru, dan mengajar mata pelajaran Bahasa Sunda.

Ibu adalah Kunci kesuksesan bagi anak-anaknya

Saya yakin dan sadar, dibalik semua keberhasilan yang saya dapatkan. Sebenarnya, daya upaya saya hanyalah 20 persen saja. Delapan puluh persennya adalah keberuntungan alias 'gede milik' dalam bahasa Sunda dan doa orang tua, dalam hal ini perjuangan ibu. Hal ini, berlaku untuk kakak dan adik saya juga.

Walaupun lahir dari ibu dan bapak seorang petani, alhamdulillah ketiga anak ibu sudah berhasil dalam kehidupannya. Baik diukur secara moril maupun materil. Itulah, mengapa saya berani menyebut bahwa 'Ibu adalah kunci kesuksesan seorang anak.'

Menurut sebuah kisah yang saya baca, menyebutkan bahwa kesholihan seorang anak itu berasal dari kesholihan ibu. Lihat saja, Nabi Musa meskipun berada di lingkungan kekafiran, yakni Fir'aun. Tetapi, karena dia dibesarkan oleh Siti Asyiah yang sholehah. Maka, nabi Musa menjadi Nabi utusan Allah. Hal sebaliknya pun berlaku, sesholih apapun seorang ayah seperti Nabi Nuh, bila ibu atau istrinya tidak sholihah. Maka, akan menghasilkan anak seperti Kan'an yang kafir dan tidak mau mengikuti agama yang dibawa oleh ayahnya.

Di momen hari ibu ini, saya hanya ingin berkata, "Ibu kaulah pemegang kunci bagi kesuksesan kami, anak-anakmu. Semoga kau selalu bahagia menikmati hari-harimu. Jangan lupa selalu ridloi dan doakan kami. Karena, doa dan ridlomulah yang menjadikan Allah melimpahkan ridlo dan berkah-Nya kepada kami." Selamat Hari Ibu, Emakku tersayang. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun