Mereka membeli makanan dan minuman, namun dengan tidak menaruh sejumlah uang pada tempatnya, alias tidak membayar.Â
Namun, ternyata langkah tersebut tidak cukup epektif. Kantin kejujuran tetap saja merugi, sama sekali tidak menunjukkan kemajuan.
Bahkan, setelah pemanggilan kepada peserta didik tersebut. Kondisi kantin kejujuran mulai terlihat sepi pembeli. Karena, peserta didik mulai merasa takut dan tidak nyaman untuk belanja disana. Padahal, Pak Andi masih tetap semangat untuk mengisi stok makanan yang akan dijual, walaupun dengan menggunakan modal dari saku sendiri.
Penyebab Kantin Kejujuran Merugi atau Bangkrut
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa banyak kantin kejujuran yang mengalami kerugian, bahkan bangkrut dan tidak bisa beroperasi lagi. Karena, kehabisan modal disebabkan oleh uang yang masuk tidak sebanding dengan jumlah barang yang keluar.
Jika kita mengetik kantin kejujuran pada google, maka akan terlihat beberapa berita dari media. Baik media arus utama seperti Antara, Kompas, Tempo, dan lain-lain. Maupun media yang bersifat individu atau blog pribadi.Â
Meskipun, belum ada data yang pasti berapa jumlah kantin kejujuran yang mengalami kebangkrutan. Namun, hampir 90 persen isi berita-berita tersebut menyatakan bahwa kantin kejujuran mayoritas mengalami kerugian.
Penyebab dari bangkrutnya kantin kejujuran tersebut, menurut saya sangat multi faktorial. Tidak bisa kita hanya menyalahkan satu aspek saja, umpamanya karena masalah moralitas peserta didik yang belum bisa bersikap jujur.Â
Pemerintah dalam hal ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai penggagas utama program ini, belum bertindak secara optimal dalam hal pengawasan dan evaluasi terhadap perkembangan kantin kejujuran dari tahun ke tahun. Buktinya, hingga saat ini dikabarkan bahwa KPK belum memiliki data yang valid tentang berapa jumlah pasti kantin kejujuran yang ada di Indonesia, berapa jumlah kantin yang berhasil, dan berapa yang jumlah kantin yang sudah tidak beroperasi lagi.
Cara Mengembangkan Kantin Kejujuran agar Berhasil
Banyak jalan menuju Roma, begitulah kata Sang Pujangga. Itu juga yang harus kita sematkan dalam hati. Bahwa, saat kita merasa patah arang dan putus asa sekalipun. Karena, menanamkan nilai kejujuran kepada peserta didik itu bisa dibilang susah-susah gampang.Â
Disebut susah, banyak kok peserta didik yang sudah memiliki karakter baik dan jujur sejak kecil, karena didikan dan gemblengan agama dari orang tuanya. Jadi, sebenarnya pendidik hanya tinggal mengarahkan saja.Â