Kantin kejujuran di sekolah Anda akhir-akhir ini merugi terus? Padahal, sudah dipasang kamera pengawas atau CCTV di setiap sudut.Â
Setiap hari pengelola kantin juga rutin mengecek dan memeriksa saldo uang di dalam kotak uang tempat peserta didik menaruh uang pembayaran.Â
Nah, tenang saja! Anda tidak sendirian. Sekolah-sekolah lain di seluruh Indonesia juga memiliki kasus yang sama kok. Oleh karena itu, baca terus artikel ini sampai habis. Karena, Anda akan tahu bagaimana solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Cerita Tentang Kantin Kejujuran
Sebut saja, Pak Andi -seorang guru PPKN yang diberi tanggung jawab oleh kepala sekolah, sesuai mandat dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengelola kantin kejujuran.Â
Pada awal pendirian kantin kejujuran, dia sangat bersemangat menyiapkan ruangan yang akan digunakan untuk kantin kejujuran.Â
Dengan modal awal Rp 10. 000.000., Pak Andi belanja semua keperluan kantin. Dari mulai stok makanan yang akan dijual berupa snack atau makanan ringan yang biasa digemari oleh peserta didik, dan minuman ringan.Â
Pak Andi juga sangat bersemangat untuk melengkapi perlengkapan dasar yang dibutuhkan di kantin kejujuran tersebut, berupa lemari pendingin atau kulkas untuk menaruh minuman dingin, dispenser untuk persediaan air panas yang akan digunakan peserta didik untuk menyeduh pop mie atau susu, dan kamera pengawas atau CCTV sebagai standar keamanan dasar yang harus disiapkan. Karena, dengan alat tersebut akan menunjang keberhasilan kantin kejujuran di sekolah.
Minggu pertama, kantin kejujuran tersebut launching. Pak Andi mulai mengeluh, "Seminggu sudah rugi dua ratus ribu, setiap hari pemasukan kantin selalu saja kurang."Â
Minggu kedua, jumlah kerugian terus saja bertambah. Pak Andi mulai merasa khawatir, bagaimana kalau modal awal yang diberikan oleh pemerintah tersebut terus saja berkurang.Â
Lama-lama, kalau terus dibiarkan, bisa-bisa semua modal itu akan habis, mungkin nanti dia yang harus mengeluarkan modal sendiri.Â
Mengingat kemungkinan tersebut, Pak Andi langsung melakukan tindak antisipasi dengan cara mengecek kamera CCTV dan melakukan pemanggilan kepada peserta didik yang terindikasi melakukan kecurangan.Â
Mereka membeli makanan dan minuman, namun dengan tidak menaruh sejumlah uang pada tempatnya, alias tidak membayar.Â
Namun, ternyata langkah tersebut tidak cukup epektif. Kantin kejujuran tetap saja merugi, sama sekali tidak menunjukkan kemajuan.
Bahkan, setelah pemanggilan kepada peserta didik tersebut. Kondisi kantin kejujuran mulai terlihat sepi pembeli. Karena, peserta didik mulai merasa takut dan tidak nyaman untuk belanja disana. Padahal, Pak Andi masih tetap semangat untuk mengisi stok makanan yang akan dijual, walaupun dengan menggunakan modal dari saku sendiri.
Penyebab Kantin Kejujuran Merugi atau Bangkrut
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa banyak kantin kejujuran yang mengalami kerugian, bahkan bangkrut dan tidak bisa beroperasi lagi. Karena, kehabisan modal disebabkan oleh uang yang masuk tidak sebanding dengan jumlah barang yang keluar.
Jika kita mengetik kantin kejujuran pada google, maka akan terlihat beberapa berita dari media. Baik media arus utama seperti Antara, Kompas, Tempo, dan lain-lain. Maupun media yang bersifat individu atau blog pribadi.Â
Meskipun, belum ada data yang pasti berapa jumlah kantin kejujuran yang mengalami kebangkrutan. Namun, hampir 90 persen isi berita-berita tersebut menyatakan bahwa kantin kejujuran mayoritas mengalami kerugian.
Penyebab dari bangkrutnya kantin kejujuran tersebut, menurut saya sangat multi faktorial. Tidak bisa kita hanya menyalahkan satu aspek saja, umpamanya karena masalah moralitas peserta didik yang belum bisa bersikap jujur.Â
Pemerintah dalam hal ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai penggagas utama program ini, belum bertindak secara optimal dalam hal pengawasan dan evaluasi terhadap perkembangan kantin kejujuran dari tahun ke tahun. Buktinya, hingga saat ini dikabarkan bahwa KPK belum memiliki data yang valid tentang berapa jumlah pasti kantin kejujuran yang ada di Indonesia, berapa jumlah kantin yang berhasil, dan berapa yang jumlah kantin yang sudah tidak beroperasi lagi.
Cara Mengembangkan Kantin Kejujuran agar Berhasil
Banyak jalan menuju Roma, begitulah kata Sang Pujangga. Itu juga yang harus kita sematkan dalam hati. Bahwa, saat kita merasa patah arang dan putus asa sekalipun. Karena, menanamkan nilai kejujuran kepada peserta didik itu bisa dibilang susah-susah gampang.Â
Disebut susah, banyak kok peserta didik yang sudah memiliki karakter baik dan jujur sejak kecil, karena didikan dan gemblengan agama dari orang tuanya. Jadi, sebenarnya pendidik hanya tinggal mengarahkan saja.Â
Disebut gampang, ternyata tidak mudah ya, melatih peserta didik agar mau bersikap jujur dalam keseharian mereka. Bahkan, untuk sekedar pada masalah jajan saja. Ternyata, mereka belum berhasil. Hal itu dibuktikan dengan terus bertambahnya jumlah kantin kejujuran yang mengalami kerugian.
Meskipun, agak miris dan belum bisa dijadikan sebagai acuan. Namun, dari fakta tersebut, mau tidak mau kita harus mengatakan bahwa ternyata budaya korupsi itu sudah ada dari mulai seorang individu berusia dini.Â
Berikut adalah beberapa cara mengembangkan kantin kejujuran agar berhasil.Â
1. Tantang peserta didik dengan challenge 'Berani jajan di kantin kejujuran setiap hari dengan jujur'
Saat peserta didik mulai melempem dan enggan untuk berbelanja di kantin kejujuran. Karena, mereka merasa takut dituduh mencuri, tidak nyaman dengan CCTV, dan kurang tertarik dengan stok barang yang dijual di kantin kejujuran. Maka, sebagai pengelola atau guru.Â
Kita bisa mengadakan sebuah tantangan atau challenge. Kita beri judul tantangan itu dengan nama Berani Jajan dengan Jujur di Kantin Kejujuran.Â
Tantangan tersebut bisa kita batasi waktunya, apakah 30 hari, satu semester atau dalam waktu satu tahun pelajaran.
Caranya bagaimana? mudah saja. Kita simpan buku tulis dan balpoint dimeja yang ada di  kantin kejujuran. Setiap kali berbelanja di kantin kejujuran, peserta didik harus menuliskan nama, kelas, nama barang yang dibeli, dan jumlah uang yang dibayarkan.
Setelah periode tantangan berakhir, pengelola kantin kejujuran harus mendata tulisan di buku tulis tersebut. Lalu, mengakumulasi jumlah belanja sesuai hari dari setiap nama peserta didik yang ada dalam catatan. Peserta didik yang menjadi pemenang adalah yang paling banyak jumlah hari alias konsisten untuk belanja di kantin kejujuran setiap hari, dan akumulasi tingkat kejujuran yang dibuktikan dengan jumlah uang yang ada di kotak masuk dan rekaman kamera CCTV.
2. Sebar angket untuk mengetahui bagaimana persepsi peserta didik tentang kantin kejujuran yang ideal menurut mereka
Agar kantin kejujuran diminati oleh peserta didik, sehingga animo mereka untuk belanja di sana meningkat. Maka, sebarlah angket yang berisi pertanyaan bagaimana persepsi atau pendapat peserta didik tentang kriteria kantin kejujuran yang ideal menurut mereka. Olah data hasil penyebaran angket tersebut meliputi empat aspek.Â
Pertama, bangunan atau kondisi fisik kantin kejujuran. Bagaimana konsep bangunan kantin kejujuran yang ideal menurut peserta didik. Umpama, cat dinding yang berwarna, desain kantin seperti coffee shop atau cafe, dan lain-lain.Â
Kedua, aspek keamanan meliputi kamera CCTV yang refresentatif, daftar harga pada bungkus makanan yang dijual, dan disediakan buku serta balpoint untuk menuliskan nama, kelas, nama jajanan, dan jumlah uang yang dibayarkan.Â
Ketiga, fasilitas apa yang diinginkan oleh peserta didik. Mungkin wastafel untuk mencuci tangan, kipas angin, komputer untuk print dan mesin fotokopi.Â
Keempat, stok makanan yang dijual harus variatif, disukai peserta didik, atau barang-barang kecil yang dibutuhkan peserta didik, seperti : pembalut wanita, karet gelang, jepit rambut, dan lain-lain.
3. Di kelas guru harus memberikan edukasi tentang nilai kejujuran dari segi manfaat dan dampaknya
Semua guru, tidak hanya guru PPKN harus memberikan edukasi tentang nilai-nilai kejujuran. Dari mulai kisah-kisah tentang orang-orang yang bersikap jujur, seperti : Nabi Muhammad yang diberi gelar Al-amin karena kejujurannya, dan kisah-kisah lainnya, bisa berupa dongeng, cerita, pengalaman dan kisah nyata.Â
Jelaskan pula kepada peserta didik tentang manfaat yang akan didapat kalau kita mampu berbuat jujur, diantaranya: mendapat kepercayaan dari orang lain, disayang Tuhan, dan perasaan damai di hati.Â
Agar peserta didik merasa jera untuk bertindak tak jujur, maka dampak negatif saat kita berbuat tidak jujur harus juga disampaikan.Â
Sampaikanlah pada mereka, bahwa saat kita memakan makanan dari hasil tidak jujur, atau mengambil jajanan tanpa membayar. Nantinya, perut kita akan merasa sakit, hati tidak tenang, dan selalu dihantui perasaan takut dan bersalah.
4. Ajak peserta didik untuk menanam modal di kantin kejujuran agar mereka merasa memiliki
Bila modal kantin kejujuran terkuras habis di awal, akibat banyaknya peserta didik yang bertindak tidak jujur. Maka, sebagai pengelola kita dibolehkan untuk mengambil modal dari luar. Maksudnya, selain dari modal awal yang diberikan oleh pemerintah. Hal ini pernah disampaikan oleh komisi KPK bidang edukasi. Bahwa, modal selanjutnya bisa diambil dari sekolah, dalam hal ini peserta didik.Â
Pengelola bisa mengadakan musyawarah dengan OSIS sebagai perwakilan peserta didik. Bagaimana caranya agar kantin kejujuran bisa terus berjalan, sedangkan modal sudah tidak ada. Maka, dengan modal berasal dari peserta didik, dampaknya akan sangat baik. Karena, secara tidak langsung, saat kantin mengalami kerugian akibat perilaku tidak jujur. Peserta didik akan ikut merasakan dampak kerugiannya.
Itulah, solusi epektif mengembangkan kantin kejujuran agar berhasil. Pertama, secara ekonomi kantin kejujuran bisa menghasilkan profit atau keuntungan. Kedua, peserta didik tertarik untuk berbelanja di kantin kejujuran. Ketiga, tingkat kejujuran peserta didik meningkat dibuktikan dengan seimbangnya jumlah barang yang keluar dengan jumlah uang yang masuk. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H