Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

White Torture Room, Penjara yang Menyiksa Tahanan Secara Psikologis

16 Oktober 2022   16:07 Diperbarui: 16 Oktober 2022   16:15 5118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam white turtore room ini, tahanan benar-benar kehilangan identitas sosial. Dia sama sekali tidak dapat berbicara dengan siapapun. Selain bermonolog dengan hatinya sendiri. Ia akan perlahan-lahan merasa bosan dan capek berbicara dengan dirinya sendiri. Sehingga lama-kelamaan indra berbicaranya akan lumpuh.

5. Para tahanan disajikan makanan nasi putih tanpa bumbu. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan indra perasa dan penciuman.

Tidak terbayangkan rasanya, jika setiap hari kita hanya disuguhi makan nasi putih, nyaris tanpa bumbu apa pun. Dengan minum air putih saja. Ya, meskipun mungkin menyehatkan, tapi tubuh kita juga butuh zat gizi lain, kan. Tidak melulu, hanya karbohidrat dan mineral saja.

Itulah, sekilas tentang kisah penjara 'halus'  dengan nama white turtore room. Ruangan putih yang polos dan melambangkan kesucian. Namun, dalam sekejap bisa berubah menjadi sangat kejam dan merusak psikologis manusia.

Untuk Kompasinaer pecinta warna putih untuk dinding kamar atau rumahnya. Hati-hati, ya selipkan juga warna lain pada cat dan furniture anda. Karena, secara alami mata kita itu sangat menyukai barang atau hal yang warna-warni. Bukan hanya satu tone saja. Itulah, mengapa hubungan yang dinamis dan hidup itu terjalin karena keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun