Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

White Torture Room, Penjara yang Menyiksa Tahanan Secara Psikologis

16 Oktober 2022   16:07 Diperbarui: 16 Oktober 2022   16:15 5118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata penjara bagi sebagian orang, akan mengacu pada nama sebuah tempat yang identik dengan ruangan yang pengap, dibatasi jeruji besi, berdesak-desakkan, dan menyeramkan. Karena, seperti kita saksikan di film-film, para penghuni penjara itu akan diinterogasi dengan berbagai pertanyaan. 

Jika tidak memberikan jawaban yang memuaskan, maka penghuni penjara akan dibentak dan disiksa. Suara erangan kesakitan, jeritan minta tolong, dan teriakan minta tolong akan terdengar menggema dan memilukan. Wah, sangat mengerikan sekali, ya.

Tapi, tahukah Anda para Kompasianer? seiring berkembangnya waktu, manusia selalu berupaya mencari metode baru untuk menyiksa satu sama lain. Apabila pada jaman dulu, metode penyiksaan di dalam penjara biasanya dilakukan secara fisik. Tidak demikian, dengan metode penyiksaan ala white torture. 

Apa itu white torture room?

Sesuai dengan namanya, yakni white torture room. Secara sekilas kita akan membayangkan bahwa akan ada ruangan yang dicat berwarna putih, dengan furniture warna senada, juga aksesoris ruangan yang memiliki warna yang sama, yakni putih. Betul sekali, Gengs. 

White torture room merupakan sebuah metode penyiksaan dengan cara yang halus, bahkan teramat halus. Tanpa menyentuh korban yang akan disiksa, sedikit pun. Tapi, ini bukan metode santet, ya. Membunuh tanpa menyentuh. Tujuan dari metode ini adalah bukan menyiksa korban secara langsung. Melainkan, agar korban hancur perlahan dari sisi psikologisnya.

Metode siksaan ruang putih, atau lebih populer dengan nama white torture room ini adalah metode penyiksaan yang bersifat psikologis. Dengan cara memisahkan atau mengisolasi daya sensori korban. Mengurung mereka dan memisahkannya dari segala rasa yang ada pada diri korban dengan segala identitas yang melekat padanya.

Menurut catatan sejarah, teknik ini banyak digunakan di negara Iran. Walaupun tidak dapat dipunkiri, bahwa ada bukti yang menyebutkan, intelijen Venezuela dan Amerika juga menggunakan metode ini.

Apa alasan dibalik penggunaan metode penyiksaan white torture?

Ada beberapa alasan, mengapa negara-negara yang sudah kita sebutkan di atas memilih metode ini untuk menyiksa para tahanannya. Berikut sudah saya rangkumkan untuk anda.

1. Sebuah cara yang sangat epektif sekaligus kejam

Metode white turtore room adalah metode baru yang dipercaya memiliki dampak yang sangat epektif. Karena, tanpa menyentuh korban secara fisik, jadi terlihat seperti mempertimbangkan segi kemanusiaan. Terkesan sangat santun, dan lemah lembut, memberikan tahanan ruangan yang eksklusif dan tampak mewah. Sangat jauh dari kesan sebuah penjara yang selama ini kita lihat, dengar, dan baca dari media.

Namun, ternyata metode ini merupakan cara yang sangat kejam, ya Guys. Karena, mengisolasi tahanan secara brutal, memisahkan mereka bahkan dengan semua indra yang ada di tubuhnya sendiri. Dengan dikurung di dalam ruangan yang serba putih, berbaju putih, makan nasi putih nyaris tanpa bumbu sama sekali, dengan cahaya neon yang menyala sepanjang hari. Maka, secara perlahan tapi pasti, semua hal itu akan menumpulkan semua indra yang ada di dalam tubuh seorang manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun