Pada masa kini, tren slow food ini berkembang menjadi konsep hidup, yakni slow living. Bahwa, kita menjalankan semua aktivitas dalam mode yang lambat dan tepat.Â
Kita meneurunkan sedikit kadar waktu yang biasa kita gunakan dalam menjalani sebuah aktivitas. Agar dalam durasi waktu tersebut, tubuh dan jiwa kita dapat menyerap dengan baik maknanya. Dengan begitu, kita akan lebih menikmati proses kehidupan yang kita jalani.
Carl Honore --Seorang Penulis buku In Praise of Slowness menjelaskan :
Slow living merupakan sebuah revolusi budaya yang melawan gagasan bahwa lebih cepat lebih baik. Filosofi lambat bukan berarti, melakukan segala sesuatu seperti siput. Tapi, tentang melakukan segala aktivitas dengan kecepatan yang tepat.Â
Menikmati jam dan menit yang berlalu. Kita melakukan kegiatan sebaik mungkin, bukan secepat mungkin . Slow living lebih berbicara tentang kualitas, daripada kuantitas dalam segala hal. Mulai dari pekerjaan, makanan, hingga menjalani parenting.
Saat kita memundurkan sedikit durasi waktu dan pergerakan kita dalam kehidupan ini. Maka, rasakanlah oleh kamu, kehidupan akan memberikan kesempatan untuk kita melakukan evaluasi tentang hal apa yang penting dalam kehidupan ini, kita juga akan bisa membuat keputusan secara sadar dan lebih matang.Â
Selain itu, kita akan benar-benar hadir, mengalami, dan menikmati saat kita berada di suatu tempat dan mengerjakan sebuah aktivitas.
B. Mengapa harus slow living
Banyak hal positif yang akan kita dapat, saat mulai menerapkan gaya hidup slow living dalam semua aktivitas kita. Sudah sering kita dengar kan, kalimat seperti ini :
Hidup ini hanya sekali, rugi jika dalam hidup yang hanya sekali ini. Kita tidak menikmati momen-momen yang terjadi dalam kehidupan kita. Apalagi, bila momen-momen itu berupa kebahagiaan, keberhasilan, dan rasa cinta.
Dengan menjalankan hidup secara agak melambat, maka hidup kita akan menjadi lebih mindfulnes atau living in the moment. Selain itu, aktivitas akan menjadi lebih sedikit.Â