Tujuan dari diterapkannya teknik mise en place ini adalah:
2.1. Agar proses alur kerja berjalan dengan lancar, tidak mendatangkan komplain dari konsumen
Ini, jika pekerjaan kita berhubungan dengan orang lain, dalam hal ini konsumen. Saya yakin sekali, setiap pekerjaan yang kita lakukan, secara tidak langsung pasti akan berhubungan dengan konsumen.Â
Bila kita bekerja dengan tanpa melakukan persiapan, mengerjakan semua hal dengan acak-acakan, semrawut, dan tidak teratur maka, sudah dapat dipastikan konsumen akan banyak yang komplain.
Bahayanya adalah saat konsumen meninggalkan begitu saja, tanpa mengajukan keluhan. Di luar mereka akan bercerita kepada orang lain tentang betapa buruknya pekerjaan yang telah kita lakukan. Maka, bersiap-siaplah kalian untuk dipecat dan perusahaan kalian gulung tikar.
Dengan teknik persiapan yang matang, semua benda tertata apik dan berada pada posisi yang dekat saat dibutuhkan. Hal itu akan membuat kita fokus untuk memikirkan hal-hal besar yang menjadi tugas utama.Â
Umpama, kalian bekerja di kantor pos, saat semua perlengkapan tersedia di atas meja di depan kalian. Maka, pikiran akan fokus hanya pada melakukan pengecapan, menimbang, dan memberikan centang tanggal, lalu menentukan harga yang harus dibayar oleh konsumen.
Coba, kalau cap tidak ada di sana, hekter, lem, dan mesin penimbang kertas berada di tempat yang berbeda. Maka, kalian akan sibuk memikirkan hal-hal kecil tersebut.Â
Selain itu, tenaga kalian pun akan terbuang untuk bolak-balik mengambil barang-barang sepele tapi penting itu. Sudah dapat dipastikan, konsumen pun akan menilai bahwa kinerja kalian bahkan kantor tersebut sangat buruk.
2.2. Kegiatan awal yang berguna untuk menunjang tujuan utama
Persiapan atau Mise en Place ini, sepintas terkesan amat sepele, ya. Namun, ternyata efeknya dahsyat sekali. Karena, kegiatan ini merupakan pondasi atas semua kegiatan lainnya yang memiliki dampak cukup besar. Dapat dikatakan bahwa, tanpa kegiatan awal ini, kita tidak akan bisa melakukan kegiatan yang utama.
Sebagai contoh, saat kita akan menulis jurnal harian sebagai sebuah kegiatan utama. Kita sudah duduk menghadap meja sambil menggenggam sebuah buku catatan, atau bersandar pada kursi malas, biar menulis menjadi lebih santai.Â
Ketika ide untuk menulis datang, balpointnya belum disiapkan. Tidak ada tuh di meja, mungkin ada di kamar belajar. Wah, harus diambil dulu dong.