Jika dilihat sepintas lalu, fenomena childfree ini terasa sangat berpihak kepada perempuan. Agar perempuan bisa berkuasa atas tubuhnya. Tidak lagi, berada dalam penguasaan dan menjadi obyek bagi orang lain. Dalam hal ini, anak-anak. Namun, tahukah anda. Dampak negatif dari tren childfree pun tidak kalah dahsyat.Â
1. Dampak kesehatan
Disadari atau tidak, jika seorang perempuan yang berkategori subur, dan tidak mandul. Tapi, memutuskan untuk tidak memiliki anak. Tentu saja, ia harus menggunakan kontrasepsi, melakukan proses sterilisasi, atau hal-hal lainnya untuk mencegah agar indung telur tidak dibuahi.Â
Berbagai upaya tersebut ternyata akan berdampak kepada kesehatan perempuan itu sendiri. Saat terlalu lama mengkonsumsi pil kontrasepsi atau suntikan kontrasepsi. Maka, kondisi badan akan kelebihan hormon dan berpotensi menjadi obesitas, wajah rusak dengan plek-plek hitam, dan resiko pendarahan pada rahim bila memasang IUD terlalu lama.
Hamil dan menyusui ternyata dapat menurunkan resiko kanker payudara dan kanker rahim pada perempuan. Dengan banyaknya perempuan yang memutuskan untuk childfree. Hal itu, secara tidak langsung akan meningkatkan resiko perempuan terkena kanker payudara dan kanker leher rahim.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, kanker payudara menempati urutan pertama, terkait jumlah penderita kanker terbanyak di Indonesia. Kanker payudara juga menjadi penyumbang kematian terbanyak akibat kanker. Kejadian kanker payudara di Indonesia, saat ini terus meningkat jumlahnya.
Apalagi, mungkin nanti saat banyak perempuan yang memutuskan untuk childfree. Otomatis mereka tidak hamil dan menyusui. Maka, populasi kasus kanker pun tidak dapat ditekan. Karena, kanker disebabkan oleh tumbuhnya sel-sel abnormal pada payudara dan leher rahim. Hal itu disebabkan oleh hormon dan mutasi gen yang diturunkan secara genetik.
2. Dampak SosialÂ
Saat tren ini menjamur dan diterapkan sebagai gaya hidup masyarakat kita. Maka, akan terjadi dampak sosial yang tidak main-main. Bukan saja pada individu, melainkan juga untuk negara.
Jumlah penduduk usia produktif di negara kita akan berjumlah sedikit di masa depan. Hal ini akan berdampak pada masalah sosial dan ketenagakerjaan. Beban negara akan semakin besar untuk membaiayai para lansia. Karena, jumlah usia produktif semakin sedikit saja dibandingkan jumlah usia tidak produktif.
Secara individu, jika kamu tidak memiliki anak yang akan menghibur dan sesekali mengunjungi di saat sakit. Maka, di masa tua kamu akan merasa kesepian. Ingatlah, mungkin saat muda, kita merasa kuat, tangguh, dan serba bisa. Tapi, saat tua nanti, ketika badan sudah tidak gagah lagi, lutut tidak bisa bergerak dengan bebas, beragam penyakit menggerogoti badan.Â