Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Darurat HIV/AIDS dan Kelumpuhan Generasi

31 Agustus 2022   21:45 Diperbarui: 31 Agustus 2022   22:04 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memakan obat HIV | Pexels.com/Cottonbro

Secara kejiwaan, penderita HIV akan mudah emosi, marah, dan tersinggung saat dihadapkan pada situasi yang menyulitkan dirinya, seperti : komplain dari orang lain, pertengkaran, dan lain-lain. Dalam kegiatan bergerak dan berpikir atau koordinasi antara dua hal tersebut. Penderita HIV akan bertindak secara ceroboh, susah berkoordinasi, dan mengalami kesulitan dalam beraktivitas yang berhubungan dengan saraf motorik. Penderita HIV akan kesulitan dalam melakukan aktivitas menulis. 

Jika sudah seperti itu, apa yang bisa dilakukan oleh generasi muda kita. Bagaimana bisa mereka melawan ancaman, gangguan, dan tantangan yang menghantam negara, bila kondisi jiwanya sendiri, mereka tidak dapat menguasainya. 

Darurat HIV

Agenda darurat HIV harus segera disosialisasikan oleh pemerintah, sebelum dampak yang lebih buruk menghantui generasi muda kita. Edukasi dan penyuluhan tentang efek negatif yang diakibatkan oleh penyakit ini harus segera digalakkan. Dalam hal media, ada baiknya pemerintah menutup secara permanen situs-situs pornografi, dan mengendalikan teknologi agar tidak terlalu bebas diakses oleh anak di bawah umur. 

Program penguatan dasar agama dan keimanan harus dimantapkan kembali, orang tua harus ekstra dalam mengawasi perkembangan seks putra-putrinya, dalam hal ini orang tua dituntut untuk mengamati gejala-gejala dini bila anak-anak mereka mulai melakukan seks bebas. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun