Masa dengan uang lima ribu, hanya dapat cabai rawit lima biji. Kan tidak puas lah ya, masak makan sambal rawitnya cuma lima biji. Kan nanggung.
Yok menanam sekarang jugaÂ
Kumpulkan semua plastik bekas minyak goreng, botol bekas minuman yang berukuran lumayan besar, kotak susu dari plastik, dan bungkus bekas yang lainnya. Lalu, isi dengan tanah dari pekarangan rumah. Bila tidak ada tanah, isi dengan air saja.Â
Setelah itu, bila hari ini kamu membeli bawang daun dan seledri, tomat atau cabai, dan sayuran lainnya. Setelah dipakai, sisihkan batang ke bawah yang ada akarnya, lalu taruh pada tempat yang sudah diisi air.Â
Setelah muncul akar baru, taruh tanaman tersebut pada wadah yang sudah diisi tanah. Bila kamu akan menaruh pada tempat dengan media air. Hari ini kita menyebutnya teknik hidroponik.Â
Maka kamu harus menempatkan wadah lain dengan ukuran yang kurang lebih sama dengan wadah tersebut untuk menaruh tanaman. Jangan lupa, taruh kain flanel agar air dapat naik ke permukaan tanaman. Mudah kan?
Jangan merasa akan sia-sia
Menanam adalah seperti menyimpan harapan dalam benih yang kita tabur dalam persemaian.Â
Oleh karena itu, jangan ada terlintas dalam pikiran, bahwa apa yang kita lakukan dengan menanam tersebut adalah pekerjaan yang sia-sia, hanya menghamburkan energi saja.
Kita harus yakin, bahwa bila kita telah melakukan proses menanam. Maka, sekecil apapun, pasti kita akan menuai. Kita akan panen dari apa yang telah kita tanam.
Buang jauh-jauh perasaan, ah ribet, lama, tidak praktis, dan lain-lain. Tapi, tanam pula dalam hati kita, benih-benih pengharapan. "Wah, nanti kalau mau masak mie, tinggal petik saja nih sawi dari pot depan rumah. Lebih hemat, tidak harus keluar uang."
Tanam, tanam, dan tanamÂ
Seperti pilosofi menabung atau investasi. Dengan sistem dollar cost average alias menabung rutin. Maka, begitu juga dengan filosofi menanam. Ya, tanam, tanam, dan tanam saja, secara rutin apa yang bisa kamu tanam. Lakukan terus, nanti pun kamu akan memetik keuntungannya.Â