Di dalam peribahasa Sunda, kita mengenal ungkapan piruruhan dika-tengahimah-keun. Berbicara tentang kata 'piruruhan', maka kita akan diajak berpetualang ke dunia pandai besi dengan hasil kreativitasnya seperti golok, pedang, dan perkakas lainnya yang terbuat dari besi. Di Jawa Barat, kita mengenal golok dan pedang Cikeruh-Sumedang.
Menurut sejarah, kawasan ini pada jaman dahulu memang merupakan sentra pandai besi, dalam membuat pedang dan golok. Seiring dengan berkembangnya jaman, dan pasang-surutnya industri pandai besi. Kawasan Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, kabupaten Sumedang ini sekarang beralih posisi menjadi sentra pembuatan kerajinan senapan angin.
Konon, sejak jaman pra-Islam masyarakat Sunda sudah tidak asing lagi dengan istilah metalurgi, banyak juga para ahli metalurgi berasal dari tanah Pasundan. Hal ini sungguh beralasan, mengingat kandungan geologi alam Jawa Barat yang berlimpah bijih-bijih besi.Â
Selain itu, eksistensi dan kemasyhuran beberapa kerajaan yang ada di pulau Jawa juga ikut menyokong suburnya peradaban ini.
Sehingga, tidak heran jika dalam peribahasa Sunda pun dikenal istilah 'piruruhan' sebagai salah satu istilah khusus yang berkaitan dengan metalurgi atau pandai besi. Piruruhan adalah sebutan bagi tempat yang digunakan untuk membakar besi yang akan ditempa, dipotong, atau dibentuk.
Piruruhan biasanya akan diisi dengan arang yang berasal dari kayu yang keras. Lalu, arang tersebut dibakar hingga menjadi bara yang panas dan berwarna merah. Untuk menjaga agar arang tetap panas dan menyala, maka digunakan alat yang dapat menghasilkan udara. Alat tersebut diberi nama ububan/pamuput. Jaman sekarang, alat ini sudah banyak digantikan dengan blower listrik atau kipas angin.
Makna Leksikal
Secara leksikal, kata 'piruruhan' berasal dari kata dasar ruruh yang artinya tempat. Dalam hal ini, sebuah wadah untuk menampung arang yang menyala untuk menempa besi. Tempat ini hanya akan ditemui di gosali---istilah bahasa Sunda untuk tempat pandai besi.
Piruruhan dan gosali adalah sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya melekat erat dan saling berkaitan membentuk sebuah identitas. Jika yang satu hilang, maka satunya lagi pun tidak akan dapat berfungsi. Menurut sejarah, gosali atau pandai besi dikenal dalam kehidupan masyarakat Sunda, jauh sebelum abad 9 M.
Gosali dan piruruhan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Sunda saat itu. Dalam menyediakan perabot untuk kehidupan sehari-hari dan perkakas untuk pertanian dan pembangunan, seperti : pisau, pagar, senjata, sabit, cangkul, pedang, golok, dan masih banyak lagi perkakas dan perabot yang terbuat dari besi.
Cara membuat perkakas tersebut sebenarnya mudah saja, namun harus dilakukan oleh ahli. Karena, berkaitan dengan api, bila tidak hati-hati dan belum berpengalaman. Maka, cedera dan luka bakar seperti melepuh akan membahayakan kulit kita.
Sebelum menempa, memotong, dan membentuk besi menjadi perkakas. Ada beberapa persiapan penting yang dilakukan. Pertama, mengisi piruruhan dengan arang yang berasal dari kayu yang bagus.
Kedua, setelah wadah tersebut terisi dengan sempurna, bakar arang dengan api hingga menyala dan menghasilkan panas yang membara. Ketiga, saat arang sudah panas membara, maka masukkan besi yang akan dibentuk ke dalamnya.