Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Teknik Kapilerisasi, Solusi agar Tidak Repot Menyiram Tanaman Setiap Hari

5 Agustus 2022   20:16 Diperbarui: 6 Agustus 2022   19:32 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tren bercocok tanam kini banyak digemari di kalangan masyarakat. Kebiasaan ini mulai marak dilakukan, saat covid-19 mewabah di negara kita. Banyak orang yang menghabiskan waktunya hanya dengan di rumah saja, sesuai himbauan dari pemerintah. 

Untuk membunuh waktu dan rasa bosan, serta rutinitas harian yang monoton, banyak dari warga yang mengisi waktu senggang mereka dengan bercocok tanam. 

Dari mulai tanaman berjenis sayur-mayur, seperti cabai rawit, tomat, kangkung, sawi, dan lain-lain. Sebagai warung hidup agar bisa menghemat pengeluaran membeli sayur. Hingga tanaman dari jenis bunga-bungaan sebagai hiasan taman di teras rumah. Dilihat dari sisi ini, pandemi telah membawa berkah tersendiri pada dunia tanaman. 

Sekarang, kasus covid-19 telah melandai. Masyarakat pun sudah beraktivitas kembali dalam pekerjaan dan rutinitas hariannya masing-masing. 

Nah, bagaimana dengan kegiatan bercocok tanam, apakah menjadi terbengkalai? 

Karena, mau tidak mau kita kembali lagi pada kesibukan yang menyita waktu dan tenaga. Sehingga, kita tidak lagi memiliki waktu luang untuk mengurus tanaman. Bahkan, untuk sekedar menyiram pun terkadang tidak sempat. Akibatnya, tanaman menjadi kekeringan, layu, dan mati. 

Sayang, bukan? Bila kebiasaan yang bagus dan menghasilkan tersebut lenyap begitu saja. Hanya menyisakan pot dan tanah kering yang berserakan. 

Padahal, berkebun atau kalau di Jepang disebut Centenarian ini manfaatnya sangat banyak, lho. Malah bisa membuat pelaku atau subyek yang menekuninya memiliki usia yang panjang. Bahkan, hingga ratusan tahun.

Dilansir dari health.com, masyarakat Jepang saat ini rata-rata berumur panjang, antara 100 tahun lebih. Ternyata setelah diadakan penelitian, rahasia panjang umur para lansia di Jepang ini berasal dari kebiasaan mereka yang suka berkebun. 

Aktivitas menanam, melihat tanaman hijau, dan mengonsumsi sayur-mayur yang ditanam sendiri tanpa pestisida, telah memberikan rasa bahagia, dan gembira pada para lansia ini. Dengan demikian, harapan hidup mereka pun semakin meningkat.

Ada solusi yang jitu dan sangat bermanfaat dapat kita terapkan untuk menyiasati, agar hobi kita dalam bercocok tanam tidak lenyap begitu saja. Apakah itu, disimak yuk!

Teknik kapilerisasi

Saya yakin, kita semua sudah mengenal teknik kapiler atau kapilaritas. Materi ini sudah kita dapatkan di bangku sekolah menengah. 

Sebagaimana kita ketahui, bahwa kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya zat cair, pada pembuluh, pori-pori atau lubang yang kecil. 

Menurut ilmu Fisika, peristiwa ini terjadi disebabkan oleh adanya gaya adhesi dan kohesi antara zat cair dan dinding pembuluh.

Teknik kapilaritas dapat kita aplikasikan pada cara menyiram tanaman. Karena, teknik ini terbukti dapat menaikkan minyak tanah melalui sumbu pada kompor/lampu, dapat mengantarkan air pada tumbuhan hingga pucuk tertinggi untuk digunakan dalam proses fotosintesis, dan pada kasus air yang tumpah menjadi mudah dibersihkan oleh kain, karena air memiliki sifat mudah terserap oleh kain. Teknik ini dapat disebut juga dengan self-watering atau mengairi sendiri. 

Berikut adalah langkah-langkah teknik kapiler pada tanaman.

Alat dan bahan

Untuk menerapkan teknik kapiler, kita bisa menggunakan wadah dari ember bekas cat, bekas botol kemasan air mineral, bekas kotak makan styrofoam, dan lain-lain sebagai tempat untuk menampung air. 

Untuk wadah bagian atas tempat menampung tanah, kita dapat menggunakan baskom saringan yang sudah tidak dipakai, gelas plastik bekas beli jus atau minuman, dan lain-lain. Bahan yang lainnya yang kita perlukan adalah tanah, kain flanel atau kain dari baju bekas, dan benih atau bibit tanaman.

Cara Membuat

Siapkan alat dan bahan. Dalam hal ini saya menggunakan ember bekas cat, dan baskom saringan bekas. Kain dari baju bekas yang sudah disobek memanjang, tanah, serta bibit tanaman.

Masukkan lap atau kain flanel ke lubang saringan dari baskom bekas, dari lubang di sebelah kiri ke lubang sebelah kanan. Lalu, biarkan menjuntai.

Serok tanah dan masukkan ke dalam baskom yang sudah dipasang kain tersebut. Setelah itu letakkan benih secukupnya pada tanah. Bila sayuran seperti kangkung bisa masuk hingga 10-20 biji. Untuk cabai atau tomat, dan lain-lain. Cukup letakkan 1-2 benih saja.

Isi ember dengan air hingga setengahnya. Lalu, masukkan baskom ke dalam ember. Pastikan kain menyentuh permukaan air. Simpan di tempat teduh.

Nah, itulah cara mengaplikasikan teknik kapilerisasi sederhana pada tanaman. Sekarang, kita tidak perlu lagi kerepotan untuk menyiram tanaman setiap hari. Hati senang, bekerja tenang, tanaman pun dapat dipanen tepat waktu, keuangan pun jadi aman. 

Bagaimana, tertarik untuk mencobanya? (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun