Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tips Mengenali Diri agar Siap Menjadi Guru Pembelajar

3 Agustus 2022   20:45 Diperbarui: 5 Agustus 2022   04:36 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mengajar | Pexels.com/Tima Miroshnichenko

Sudah menjadi fakta yang umum, bahwa saat ini pengetahuan, informasi, wawasan, dan pandangan serta paham-paham global sangat mudah sekali diakses oleh siapa saja. Dari mulai orang dewasa, remaja, hingga kanak-kanak yang masih bau kencur. 

Teknologi dengan gencar dan massif menggempur pemikiran-pemikiran mereka. 

Hal ini, tentu saja akan memberikan dampak yang beragam bagi anak-anak. Dampak positifnya adalah anak-anak menjadi pribadi yang memiliki pemikiran kritis, kreatif, inovatif, dan menguasai teknologi. 

Sedangkan, efek negatifnya juga tidak kalah dahsyat, anak-anak yang tidak memiliki pedoman iman dan etika moral yang kuat, akan mudah untuk terpengaruh oleh hal-hal yang negatif seperti: narkoba, pergaulan bebas, sekte atau aliran sesat, paham dan perilaku yang menyimpang, dan lain-lain.

Dengan demikian, resiko menjadi guru masa kini lebih besar tantangannya, bila dibandingkan dengan menjadi guru pada jaman dahulu. 

Seorang guru diharapkan untuk dapat terus-menerus meng-upgrade diri dan pengetahuannya, agar tidak tertinggal dari pengetahuan yang dikuasai peserta didik. Setidaknya, kita dapat memberikan pengetahuan yang relevan dan sesuai dengan jaman. 

Sehingga kita dapat menuntun kekuatan kodrat peserta didik kita.

Guru dituntut untuk ngindung ka waktu, mibapa ka jaman, artinya guru sebagai individu sekaligus sumber daya manusia yang bertugas melakukan pewarisan ilmu, mengajar, dan mendidik calon generasi bangsa. 

Sudah sepantasnya dan selayaknya ngindung ka waktu, yakni memiliki ciri khas dan keyakinan yang kokoh tentang kepribadian, adat istiadat, jati diri, dan kualitas pribadi. 

Namun, di samping itu, guru juga harus mibapa ka jaman, artinya mengikuti perkembangan jaman, tidak alergi dengan perubahan, terus belajar dan menyesuaikan diri dengan pelbagai perubahan yang ada.

Guru Pembelajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun