Jadilah guru yang baik, atau tidak sama sekali
Kutipan kalimat di atas merupakan penggalan puisi yang ditulis oleh Kahlil Gibran. Ungkapan dalam puisi ini dapat diibaratkan sebagai cambuk yang akan melecut hati kita tanpa rasa sakit.Â
Hanya menimbulkan nyeri, pedih, tergelitik, tersindir, merasa tidak enak hati, lalu tertantang untuk memperbaiki diri.
Karena, profesi sebagai guru sejatinya adalah pekerjaan yang dipilih dengan latar belakang panggilan jiwa.Â
Sehingga, mau tidak mau, suka dan tidak suka seorang guru dituntut untuk terus meng-upgrade pengetahuan, wawasan, dan kompetensinya.Â
Tidak cukup hanya dengan merasa sudah biasa mengajar, menganggap diri telah berpengalaman dari waktu ke waktu.Â
Sehingga merasa cukup dengan ilmu yang telah dikuasai, enggan dan malas untuk terus memperluas wawasan dan cakrawala.Â
Jaman terus berubah, teknologi semakin maju. Anak-anak yang kita hadapi di sekolah, bukan lagi pribadi yang lugu, polos, dan sederhana, seperti penampilan kita dulu saat pergi ke sekolah. Masa sudah berbeda, anak-anak sebagai subyeknya pun mengalami perubahan yang luar biasa.Â
Apalagi di jaman sekarang ini, pengaruh gadget telah mengungkung dan menguasai semua individu di dunia ini.Â
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun telah begitu akrab dan dekat sekali dengan piranti teknologi satu ini. Peserta didik saat ini telah menjadikan internet sebagai sumber untuk belajar. Mereka memiliki cara belajar yang sangat jauh berbeda dengan cara belajar kita pada masa dahulu.Â