Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Produktif Menulis bersama Indihome

5 Juli 2022   08:49 Diperbarui: 5 Juli 2022   08:52 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah membaca beberapa syaratnya, lomba ini mengharuskan saya memiliki akun dan mendaftar di Kompasiana. Inilah, awal saya berkenalan dan masuk menjadi anggota blog milik seluruh rakyat Indonesia ini. 23 Desember 2021, menjadi tonggak awal, peletakan batu pertama dalam sejarah karir kepenulisan yang saya geluti.

Langkah kedua, mencari contoh-contoh artikel yang menjadi juara lomba. Setelah mendapatkannya, saya simpan artikel tersebut di dokumen, lalu diprint. Membaca secara seksama dan mendetail adalah hal yang wajib dilakukan setelah kita menemukan contoh artikel yang tepat. Judul, paragraf pertama, isi artikel, dan bagian penutup saya telusuri dan tandai dengan spidol berwarna merah. Tidak cukup satu artikel, ada tiga hingga empat contoh artikel juara yang diprint dan dijadikan bahan pembelajaran.

Ketiga, lakukan proses ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Langkah ini merupakan proses yang paling sulit, menguras energi dan pikiran, tapi menyenangkan. Saat kita berhasil menulis sebuah artikel dengan tema yang berbeda, sebagai sebuah modifikasi dari artikel-artikel yang kita pelajari. Ada rasa bangga terselip dalam rongga dada, bahwa ternyata kita juga bisa. Menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan. Anggapan itulah yang hingga saat ini saya jaga agar tetap menyala dalam dada. Menulis adalah sebuah proses dialog, bercakap-cakap, mengajak bicara kepada diri sendiri. Menuangkan pikiran, ide-ide, pendapat-pendapat, dan pandangan kita terhadap suatu hal atau masalah ke dalam sebuah kertas. 

Keempat, konsisten dan komitmen untuk menulis satu hari satu karya (SaRiSaKa). Hal ini, terasa sulit juga untuk dilakukan. Apalagi bila kita juga memiliki aktivitas bekerja di luar rumah. Sebagai seorang ibu rumah tangga dan ibu bekerja. Kita harus pintar dan bijak dalam mengelola dan membagi waktu antara kesibukkan di tempat kerja dan rutinitas di rumah, mengasuh anak dan mengurus suami.

Aktivitas daring

Pandemi secara perlahan, tapi pasti mulai pergi. Seiring dengan hal itu, kebiasaan masyarakat pun mulai normal kembali, termasuk kegiatan belajar-mengajar. Akan tetapi, beberapa kebiasaan di masa pandemi, tidak ikut menghilang. Justru digalakkan dan dijadikan kebiasaan, digitalisasi di segala lini, adalah sebuah keniscayaan. Hal itu, menuntut saya untuk lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Di sekolah saya tidak bisa lagi melakukan aktivitas menulis artikel. Karena, ada tugas dan pekerjaan lain yang menuntut untuk diselesaikan. 

Suami pun begitu, di kantor ia harus mengurusi pekerjaan wawancara dan bertemu klien. Untuk menulis laporan, mau tidak mau harus dilakukan di rumah, sepulang bekerja. Oleh karena itu, jaringan internet mutlak kami perlukan. Saya dan suami bermusyawarah bersama anak-anak dalam hal ini. Memberikan arahan, aturan-aturan yang harus mereka taati terkait penggunaan wifi di rumah. Sekaligus pembatasan berkaitan dengan waktu maksimal anak-anak dapat mengakses internet. Setelah dicapai kesepakatan, akhirnya kami memutuskan untuk memasang wifi di rumah.

Seperti kata pepatah, "Saat kita menginginkan sesuatu, maka seluruh semesta akan berjuang untuk mewujudkannya." Beberapa tawaran paket wifi berdatangan dari beberapa teman yang kita mintai bantuan. Setelah menimbang beberapa hal dari segi harga, kualitas, dan testimoni dari para tetangga yang sudah memasang wifi. Maka, kami memutuskan untuk memasang paket wifi IndiHome. 

IndiHome dan manfaat internet

Proses pemasangan yang cepat, kualitas yang oke, dan harga bersaing membuat saya sekeluarga merasa nyaman menggunakan IndiHome. Paket wifi IndiHome dengan layanan 2P (Internet dan telepon dengan channel Disney+ Hotstar) 30 Mbps, saya hanya membayar dengan harga Rp. 335.000 saja perbulannya. Lebih murah dibandingkan dengan saat suami membeli kuota, lalu saya dan anak-anak beramai-ramai tethering atau minta hotspot. Baru saja membeli kuota seharga Rp. 100.000., dua tiga hari sudah habis lagi. Terkadang bisa sampai Rp. 600.000 hingga 700.000 yang kami habiskan hanya untuk uang kuota saja. Itu pun hanya untuk beberapa jam saja penggunaan internet. 

Sebagai salah satu produk dari Telkom Indonesia, saya merasa sangat yakin dan percaya jika paket wifi yang satu ini mampu memberikan pelayanan optimal dan memastikan ketersediaan jaringan internet tanpa batas bagi konsumennya. Sudah berjalan hampir lima bulan, tidak ada keluhan yang kami sekeluarga rasakan terkait pemakaian wifi IndiHome. Jaringannya kuat, kecepatannya melesat dan oke punya. Saya merasa nyaman dan semakin semangat untuk terus produktif dalam menulis artikel. Dalam jangka waktu lima bulan ini, alhamdulillah saya sudah memproduksi 145 artikel di Kompasiana, Qodarulloh sudah centang biru juga. Saya juga tetap semangat mengikuti berbagai ajang menulis artikel. Beberapa sertifikat perlombaan sudah saya terima. Meskipun belum berhasil jadi juara. Seiring berjalannya waktu, saya yakin juara 1 lomba artikel akan saya dapatkan, aamiin yra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun