Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seperti Kostum Harian Mama

20 Juni 2022   12:42 Diperbarui: 20 Juni 2022   13:08 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peserta pertama, sudah dipanggil oleh pembawa acara. Ku lihat lenggak-lenggok gemulai badannya sangat serasi dan elegan. Perpaduan antara model, bentuk, aksesoris dan warna dari kostumnya amat serasi dan elegan. Aturan dalam lomba kostum ini adalah ketika peserta sudah dipanggil masuk ke panggung. Maka, dia tetap berada di panggung menyambut peserta-peserta berikutnya, hingga semua peserta tampil. Nomerku adalah 30, nomor urut terakhir. 

Rasa panik, dan tidak percaya diri kembali menyergap pikiran. Demi ku lihat semua kostum dari peserta lomba kali ini begitu all out. "Jangan sampai ya Tuhan, peringkatku menjadi yang terakhir sesuai dengan urutan nomer undian. Kasihanilah Mamaku." Pintaku dalam hati. Aku sebenarnya tidak apa-apa jika pun harus kalah. Yang kukhawatirkan adalah bagaimana hancurnya perasaan dan kepercayaan diri, perempuan paruh baya yang masih cantik di usianya yang menginjak 45 itu. Saat harus menyaksikan anak yang sangat disayanginya menderita kekalahan.

Akhirnya, nomer undianku dipanggil. Entah mengapa, bagai disihir setiap penonton seperti sedang menantikan penampilanku. Dan saat dengan penuh percaya diri dan kepastian aku melangkah memasuki panggung, semua peserta menyambutku. Tepuk tangan penonton riuh menyambutku. Sungguh tidak dapat dipercaya, mengingat kostum yang aku kenakan begitu sederhana. 

Dari ekor mata, kulihat Mama tersenyum puas. Aku yakin, pasti ada air mata di balik kaca mata hitam yang ia kenakan. Mama menghambur memelukku erat sekali, saat pembawa acara mengumumkan bahwa juara pertama untuk lomba kostum kali ini adalah Alice Maria Joseph. 

"Mama tidak menyangka, jika kamu sangat menyukai kostum yang Mama kenakan." Lalu dengan antusias dia bercerita, jika kostum berwarna merah itu, dikenakan saat dirinya mendapat kabar dari dokter kandungan bahwa ia hamil. "Mama ke dokter sendirian, Papa kemana? terus dalam foto-foto itu Papa kok gak pernah ada di foto?" Aku mengemukakan rasa penasaranku. 

"Karena, Joseph bukan Papa kamu." Jawab Mama tegas, tapi kemudian air matanya kembali tumpah ruah. "Please, sayang jangan bahas itu, ya. Mama sedang bahagia hari ini." (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun