Dengan peran tersebut, seorang guru diharapkan akan mampu melecut semangat anak didiknya untuk terus belajar, kreatif, beretika, dan agamis. Dalam menjalankan perannya mengajar, mendidik, dan membimbing peserta didik. Guru akan berada dalam tiga posisi, yaitu di depan, di tengah dan di belakang.Â
Pertama, guru berada di depan, Ing Ngarso Sung Tulodo. Artinya ketika guru berada di depan, menjadi seorang pemimpin, dalam hal ini memimpin pembelajaran. Maka, seorang guru harus dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi peserta didiknya. Teladan tersebut harus ditampilkan guru dalam setiap tindakan, perkataan, dan sikapnya ketika menghadapi permasalahan hidup. Baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar.Â
Guru harus menunjukkan apa saja hal-hal baik yang harus dilakukan dalam kehidupan ini, dan apa saja hal-hal buruk yang tidak boleh dilakukan.Â
Kedua, guru berada di tengah, Ing madyo Mangun Karso, saat berada di tengah-tengah peserta didik, membagikan ilmu di kelas, dan berinteraksi dengan mereka dalam keseharian di lingkungan sekolah. Guru harus mampu menggugah dan membangkitkan semangat.Â
Dalam hal ini diperlukan kreativitas dan inovasi guru untuk membangkitkan semangat peserta didik, kala mereka belajar. Kreativitas dapat berupa pemilihan metode, strategi, dan model-model pembelajaran. Sedangkan inovasi dapat dilakukan guru dengan cara memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran.Â
Ketiga, guru berada di belakang, Tut Wuri Handayani. Guru harus mampu berperan dalam memberikan dorongan moral, motivasi, dan semangat. Agar peserta didik merasa tenang, tidak takut, dan tak merasa khawatir dalam melakukan sesuatu yang benar. Karena, mereka yakin ada guru yang merestui dan membenarkan tindakan tersebut.(Ki Hajar Dewantara: 2011)Â
Perhatian pemerintah dalam mengoptimalkan peran guruÂ
Maju dan berkembangnya peradaban sebuah masyarakat, tidak terlepas dari sikap dan perhatian pemerintah daerah, dalam mengoptimalkan peran guru yang ada di wilayahnya. Guru dalam hal ini berperan sebagai kulminator (baca: yang melecut, memotivasi) mempersiapkan peserta didik, agar menjadi ujung tombak dalam majunya sebuah peradaban.Â
Coba kita lihat negara Jepang. Jika saja setelah dijatuhkannya bom atom pada tahun 1945, Kaisar Hirohito tidak mengambil langkah yang out of the box. Langkah tersebut, yakni mengumpulkan 45.000 guru yang tersisa sebagai korban perang. Lalu, kaisar Jepang ke-142 tersebut memberikan arahan, bagaimana guru harus bergerak sebagai agen pembaharu (agent of the change) dalam memulihkan kondisi negara dan peradabannya.Â
Maka, hari ini kita semua belum tentu mengenal Jepang sebagai negara dengan peradaban yang melesat maju seperti roket dalam setiap bidang kehidupan.
Sebagaimana kita ketahui bersama, pemerintah daerah kabupaten Sumedang melalui bupatinya Dr. H. Donny Ahmad Munir, S.T.,M.M. dan wakilnya H. Erwan Setiawan, SE. telah menjalankan perannya sebagai pemerintah dengan baik, yakni melibatkan guru dalam pembangunan dan mewujudkan visi Sumedang Simpati Hal itu dapat diketahui dari beberapa terobosan yang dilakukan di dinas pendidikan.Â