Peradaban, hadharah (Arab), atau civilization adalah segala bentuk kemajuan meliputi: bendawi, pembangunan, ilmu pengetahuan, seni, sastra, sosial, dan teknologi yang terdapat dalam masyarakat.Â
Terkait dengan hal tersebut, pemerintah dan masyarakat kabupaten Sumedang saat ini, sedang bergerak secara massif untuk mewujudkan visi Sumedang Simpati (Sejahtera, agamis, maju, profesional, dan kreatif) agar dapat menjadikan kabupaten Sumedang sebagai masyarakat yang memiliki peradaban maju dan melesat pada tahun 2023.
Ada beberapa aspek yang menjadi kriteria dan tolak ukur, sebuah masyarakat dikatakan memiliki peradaban yang maju. Diantaranya : pendapatan kapita yang tinggi, keamanan masyarakat terjamin, fasilitas kesehatan memadai, rendahnya tingkat pengangguran, tingginya penguasaan sains dan teknologi, serta tingginya tingkat pencapaian literasi.
Peserta didik sebagai sumber daya manusia penentu majunya peradaban
Semua tolak ukur dan kriteria tersebut, akan tercapai bila sumber daya manusia yang menjalani peradaban memiliki karakter yang unggul yakni agamis, beretika, cerdas, menguasai teknologi, kreatif dan inovatif. Semua karakter ini sudah sejalan dan tertuang dalam visi-misi kabupaten Sumedang, yakni Sumedang Simpati seperti telah diuraikan di atas.
Peserta didik sebagai sumber daya manusia yang akan menjalani proses terwujudnya peradaban masyarakat tersebut. Saat ini mereka sedang menimba ilmu di sekolah-sekolah yang ada di kabupaten Sumedang. Dari mulai PAUD, TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, hingga perguruan tinggi. Baik sekolah negeri, maupun swasta. Di pundak merekalah, tongkat estafet kemajuan peradaban Sumedang beberapa puluh tahun ke depan akan dipertaruhkan.
Karakter peserta didik yang unggul tersebut hanya akan dicapai, bila guru melakukan perannya secara maksimal dalam arti sebanyak yang dapat dilakukan oleh guru hingga mencapai batas tertinggi dan optimal, artinya guru melakukan tugasnya mengajar, mendidik, dan membimbing peserta didik dengan sebaik-baiknya.
Peran guru menurut Ki Hajar Dewantara
Sebenarnya banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan oleh guru, terkait peran mereka dalam mempersiapkan peserta didik. Agar mereka menjadi sumber daya manusia yang tangguh dalam memajukan peradaban sebuah masyarakat.Â
Namun, ada tiga saja yang akan dibahas. Sebagai peran paling krusial, mendasar, dan sesuai dengan karakteristik moral dan budaya bangsa, serta filosofi guru sebagai orang yang digugu dan ditiru. Peran tersebut menjadi panduan, bagi seorang guru. Saat mereka berinteraksi dengan peserta didik di ruang kelas.Â
Dengan peran tersebut, seorang guru diharapkan akan mampu melecut semangat anak didiknya untuk terus belajar, kreatif, beretika, dan agamis. Dalam menjalankan perannya mengajar, mendidik, dan membimbing peserta didik. Guru akan berada dalam tiga posisi, yaitu di depan, di tengah dan di belakang.Â
Pertama, guru berada di depan, Ing Ngarso Sung Tulodo. Artinya ketika guru berada di depan, menjadi seorang pemimpin, dalam hal ini memimpin pembelajaran. Maka, seorang guru harus dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi peserta didiknya. Teladan tersebut harus ditampilkan guru dalam setiap tindakan, perkataan, dan sikapnya ketika menghadapi permasalahan hidup. Baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar.Â
Guru harus menunjukkan apa saja hal-hal baik yang harus dilakukan dalam kehidupan ini, dan apa saja hal-hal buruk yang tidak boleh dilakukan.Â
Kedua, guru berada di tengah, Ing madyo Mangun Karso, saat berada di tengah-tengah peserta didik, membagikan ilmu di kelas, dan berinteraksi dengan mereka dalam keseharian di lingkungan sekolah. Guru harus mampu menggugah dan membangkitkan semangat.Â
Dalam hal ini diperlukan kreativitas dan inovasi guru untuk membangkitkan semangat peserta didik, kala mereka belajar. Kreativitas dapat berupa pemilihan metode, strategi, dan model-model pembelajaran. Sedangkan inovasi dapat dilakukan guru dengan cara memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran.Â
Ketiga, guru berada di belakang, Tut Wuri Handayani. Guru harus mampu berperan dalam memberikan dorongan moral, motivasi, dan semangat. Agar peserta didik merasa tenang, tidak takut, dan tak merasa khawatir dalam melakukan sesuatu yang benar. Karena, mereka yakin ada guru yang merestui dan membenarkan tindakan tersebut.(Ki Hajar Dewantara: 2011)Â
Perhatian pemerintah dalam mengoptimalkan peran guruÂ
Maju dan berkembangnya peradaban sebuah masyarakat, tidak terlepas dari sikap dan perhatian pemerintah daerah, dalam mengoptimalkan peran guru yang ada di wilayahnya. Guru dalam hal ini berperan sebagai kulminator (baca: yang melecut, memotivasi) mempersiapkan peserta didik, agar menjadi ujung tombak dalam majunya sebuah peradaban.Â
Coba kita lihat negara Jepang. Jika saja setelah dijatuhkannya bom atom pada tahun 1945, Kaisar Hirohito tidak mengambil langkah yang out of the box. Langkah tersebut, yakni mengumpulkan 45.000 guru yang tersisa sebagai korban perang. Lalu, kaisar Jepang ke-142 tersebut memberikan arahan, bagaimana guru harus bergerak sebagai agen pembaharu (agent of the change) dalam memulihkan kondisi negara dan peradabannya.Â
Maka, hari ini kita semua belum tentu mengenal Jepang sebagai negara dengan peradaban yang melesat maju seperti roket dalam setiap bidang kehidupan.
Sebagaimana kita ketahui bersama, pemerintah daerah kabupaten Sumedang melalui bupatinya Dr. H. Donny Ahmad Munir, S.T.,M.M. dan wakilnya H. Erwan Setiawan, SE. telah menjalankan perannya sebagai pemerintah dengan baik, yakni melibatkan guru dalam pembangunan dan mewujudkan visi Sumedang Simpati Hal itu dapat diketahui dari beberapa terobosan yang dilakukan di dinas pendidikan.Â
Diantaranya, beberapa kali diadakan pendidikan dan pelatihan bagi guru terkait metode, model, strategi, dan penguasaan teknologi yang akan diterapkan dalam pembelajaran. Selain itu, 7 strategi komplementer dan inovasi di bidang sarana pra sarana yakni adanya studio mini di sekolah, juga menjadi solusi pembelajaran di masa pandemi.Â
Bahkan, akhir-akhir ini beberapa lomba penulisan pun digelar, sebagai ajang mengembangkan diri bagi guru. Ruang kelas sebagai sarana mempersiapkan generasi Berdasarkan hal tersebut, ruang kelas sebagai wadah penggodokan, serupa kawah candradimuka bagi generasi muda kita.Â
Menjadi suatu titik pemberangkatan, fokus perhatian kita semua. Bagaimana guru sebagai agen perubahan, melakukan peran mereka dengan baik di ruang kelas. Selain itu, peran pemerintah dalam hal pengadaan sarana dan prasarana untuk melengkapi fasilitas pembelajaran di kelas juga diperlukan.Â
Karena, bagaimana guru dapat mentransfer ilmu, dan peserta didik dapat menyerap ilmu dengan baik. Jika, sarana dan fasilitas yang harus ada di kelas berupa papan tulis, meja dan kursi, dan media digital (jika ada) rusak atau belum tersedia.Â
Guru sebagai figure sentral di ruang kelas, menjadi role of model bagi pembelajaran, keberadaannya tidak tergantikan. Bahkan, dengan teknologi super canggih sekali pun. Peran guru di ruang kelas dapat diibaratkan sebagai seorang ibu dalam mengurus anak-anaknya di rumah.Â
Meskipun ada banyak orang ditemukan di rumah, dan bersedia membantu, menggantikan seluruh aktivitas ibu. Umpama, ada koki, sopir antar jemput, guru les, tukang bersih-bersih, manager, dan lain-lain.Â
Seorang anak tetap akan mencari keberadaan ibunya. Begitu pun dengan peran guru. Bahkan, negarawan Vietnam, Ho Chi Minh (1890-1969) mengatakan, No Teacher, No Education, No Social Economy Development (Tanpa guru, tidak ada pendidikan, tidak ada pengembangan sosial ekonomi. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H