Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tren Membeli Baju Lebaran dapat Mengakibatkan Bencana Ekonomi, Benarkah?

11 April 2022   13:36 Diperbarui: 16 April 2022   15:05 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membeli baju lebaran | Tribunnews.com

Ada dua pejabat kolonial yang secara terangan-terangan melontarkan kritik atas tradisi tersebut. Kees van Dijk -politikus Belanda, sebagai penulis menyebut bahwa alasan dibalik kecaman tersebut adalah karena pembelian baju berpotensi mengeluarkan banyak biaya.

Kedua pejabat tersebut adalah De Wolf -Pejabat Hindia Belanda, dan Steinmetz -Residen Semarang. Mereka mengatakan bahwa pembelian baju baru dan kebiasaan-kebiasaan lain yang dilakukan masyarakat pribumi saat menyambut lebaran, merupakan bencana ekonomi.

Maksudnya adalah kerugian dan dampak finansial dalam bidang ekonomi. Karena belanja hal-hal seperti itu akan menyedot kemampuan perekonomian, dan cadangan finansial masyarakat.

Kecaman tersebut juga ditujukan kepada para bupati, kepala wilayah, dan pamongpraja bumiputera saat itu. Lantaran untuk membeli baju lebaran dan tektek-bengeknya itu, mereka menggunakan dana dari pemerintah.

Nah, saat ini kita membeli baju baru dan segala hal lainnya untuk lebaran itu menggunakan uang pribadi, hasil keringat kita sendiri. Tanpa menggunakan dana dari pemerintah. Jadi, kita sudah aman, ya. Tidak akan menyebabkan bencana ekonomi.

Jawabannya tetap saja menimbulkan bencana ekonomi. Bila kita mengikuti trend belanja baju lebaran tersebut secara membabi buta, dan tidak rasional, apalagi sampai kalap diskon.

Maka, langkah bijaknya adalah sesuaikan gaya dengan kemampuan kita. Karena, Rasullullah juga menyarankan memakai baju terbaik yang kamu miliki, bukan baju baru. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun