Sesuatu hal, perbuatan, dan kegiatan, bila dilaksanakan secara rutin dan konsisten. Maka, akan menjadi sebuah kebiasaan. Hal tersebut berlaku pula bagi kegiatan mengumpulkan makanan untuk berbuka puasa. Hayok siapa yang memiliki kebiasaan ini? ngaku saja, ya. Jangan takut, kamu tidak sendirian.
Karena, ternyata kebiasaan membeli beragam makanan dengan tujuan untuk disantap ketika berbuka puasa ini mayoritas dilakukan oleh masyarakat Indonesia, lho. Terutama di kalangan usia dewasa, remaja, dan anak-anak.
Jadi, jangan heran, ya 1-2 jam menjelang berbuka, jalanan akan macet total. Orang-orang pada keluar rumah, kendaraan lalu-lalang, dan para pedagang menangguk rejeki dikerumuni oleh para pembeli. Sungguh sebuah pemandangan yang hanya terjadi satu tahun sekali.Â
Nostalgia masa kanak-kanak
Teringat masa kecil dahulu, walau tinggal di kampung yang sepi. Pasar desa hanya ada satu kali dalam seminggu, yaitu hari Rabu saja. Penjual takjil nyaris tidak ada, kami sekeluarga berbuka dan makan seadanya saja.Â
Namun, kebiasaan mengumpulkan makanan sudah familiar, ya. Hal tersebut merupakan keasyikan tersendiri. Bahkan saat kesederhanaan menyelimuti masa kecil yang serba minim dan kekurangan.Â
Sambil menggembala kambing ke tanah lapang, saya menyabit rumput di hutan yang terletak di pinggir lapangan rumput. Saya dan teman-teman mencongkel umbi temu kunci yang banyak tumbuh di bawah pohon bambu. Kami melakukan itu agar mendapat uang untuk membeli makanan takjil nanti pada hari pasaran, yakni hari Rabu.
Satu minggu, saya mengumpulkan umbi kunci, hingga terkumpul satu karung. Setelah itu, kami menjualnya ke pengepul. Harga satu kilogram temu kunci pada tahun 1990 adalah Rp. 500., satu karung adalah kurang lebih beratnya 25 kilogram. Lumayan dalam satu minggu, saya mendapat uang sekitar Rp. 12.500., jumlah yang lumayan besar, ya bagi anak-anak usia sekolah dasar.
Setelah transaksi menjual umbi kunci selesai, lalu mendapatkan uangnya. Bersama teman-teman sepermainan, saya membelanjakan uang tersebut di pasar Rabu.Â
Membeli makanan yang sudah diidam-idamkan dalam satu minggu itu. Umpama kue serabi Mak Acih yang dibanjur sambal bawang tomat, wuih rasanya muantep pisan. Setelah membeli dua biji kue serabi seharga Rp. 500., per bijinya.
Perjalanan mengumpulkan makanan, saya lanjutkan ke tukang martabak pasar. Itu tuh martabak yang dicetak dalam loyang bulat berdiameter 5 cm, topingnya gula putih saja.Â