Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jika Memutuskan Tidak Ikut SBMPTN 2022, Apa Pilihan Kamu?

16 Maret 2022   14:21 Diperbarui: 23 Maret 2022   11:03 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: databooks.katadata.co.id

Bukankah, Jack Ma pernah berkata, "Ikutlah dengan seorang pengusaha sukses, meskipun kantornya kecil saat kamu berusia 20 tahun, maka kamu juga akan memiliki mental seorang pengusaha". 

Dalam realitanya, pepatah tersebut memang banyak terjadi. Beberapa contohnya pernah saya temui. Sebut saja A adalah pengusaha gorden, hari itu dia memasang gorden di rumah saya. Ketika saya bertanya, bagaimana perjuangannya bisa menjadi pengusaha gorden pada usia di bawah 40 tahun. 

Dia menjawab, sejak usia 15 tahun, artinya saat dia lulus SMP ikut dengan tetangganya yang memiliki toko gorden di Bandung. Hampir sepuluh tahun, dia ikut bekerja bersama tetangganya tersebut. Pada usia 30 tahun, dengan berbekal tabungan yang dikumpulkannya, dia membuka usaha toko gorden di Sumedang. 

Alhamdulillah, ia kini bisa hidup layak dan mampu menaikkan taraf ekonomi keluarganya. Bahkan, ia berencana akan menyekolahkan anaknya hingga kuliah. Tidak seperti dirinya, karena keterbatasan ekonomi orang tua. Hanya bisa sampai tamat SMP. Namun begitu, dia tetap bersyukur. Meski tidak berpendidikan tinggi, dia bisa banyak belajar ilmu tentang berdagang gorden pada tetangganya.

Contoh kedua yang saya temui adalah, sebut saja B. Dia bahkan tidak lulus SMP, saat ini B berusia 20 tahun. Namun, pada usia yang dapat dikatakan masih belia tersebut, B sudah mampu membeli motor ninja seharga Rp. 32 juta dengan cash. B juga memiliki tabungan di rekening untuk biaya persiapan pernikahannya nanti. B juga tidak lupa untuk membantu merenovasi rumah orang tua, dan membiayai sekolah adik-adiknya.

Sumber: databooks.katadata.co.id
Sumber: databooks.katadata.co.id
Mungkin anda penasaran, apa gerangan pekerjaannya? B ikut dengan tetangganya dari usia 13 tahun, sebagai kuli bangunan. Pertama, ia hanya bertugas sebagai tukang aduk, pengantar aduk, dan tukang disuruh-suruh oleh tukang senior. Namun, kini di usianya yang ke-20 B sudah menjadi tukang yang serba bisa. Bahkan, dia sudah menjadi wakil dari kepala tukang yang pada awalnya ia ikut kerja. 

Jadi, sebenarnya tidak ada hubungan antara kemiskinan dan tingkat pendidikan. Jika seseorang mau belajar, dan berusaha keras untuk merubah nasibnya. Maka, taraf ekonomi dipastikan akan berubah ke arah yang lebih baik.

Memiliki tujuan dan cita-cita kuliah di tempat lain, bukan jalur SBMPTN

Tidak mengikuti SBMPTN, bukan berarti tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, ya. Banyak juga diantara lulusan SMA yang memiliki beragam pilihan lain, diantaranya :

1. Memilih sekolah kedinasan seperti IPDN, STAN, STIN, STMKG, SSN, STIS, Poltekip dan Poltekin, dan sekolah kedinasan Kemenhub.

2. Kuliah di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri, sehingga tidak mengikuti SBMPTN, namun seleksi PTKIN.

3. Kuliah di perguruan tinggi swasta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun