Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kisah Sekilo Mentega, Naiknya Harga Kedelai, dan Puasa Tahu Tempe

22 Februari 2022   14:06 Diperbarui: 1 Maret 2022   14:00 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kedelai | sumber: Shutterstock via kompas.com

Tahu dan tempe pengganti protein hewani

Tahu dan tempe dalam menu makanan mayoritas masyarakat Indonesia, diibaratkan seperti aksesoris pada pakaian. Harus selalu ada dan tersaji di meja makan, meski tidak dimakan. Layaknya aksesoris pada pakaian, umpama peniti dan bros. Kecil saja bentuknya, seperti tidak berguna. Namun, kehadirannya sangat penting. Bila tidak dipakai, terasa ada yang kurang, ya.

Lihat saja, bila anda makan di restoran atau rumah makan khas Sunda. Tahu dan tempe selalu dihidangkan, meski konsumen tidak memesannya. Hal itu, bukan tanpa alasan, ya. 

Selain, upaya memperkenalkan kuliner khas daerahnya. Pihak restoran mungkin beranggapan bahwa, tahu dan tempe layak dijadikan tambahan gizi dari makanan yang dipesan. Bisa juga dijadikan kudapan setelah makan utama, untuk menghilangkan rasa enek dan mual setelah makan. 

Apalagi di masa pandemi, saat ini. Daya beli masyarakat terhadap pangan penyedia protein hewani, sangat rendah. Oleh karena itu, alternatif protein didapat dari tahu dan tempe, sebagai sediaan protein nabati yang padat gizi. 

Dilansir dari databoks.katadata.co.id. Kementerian Pertanian telah memperkirakan, jika ketersediaan konsumsi kedelai bertambah sejak masa pandemi. Hal ini disebabkan oleh adanya resesi ekonomi sebagai imbas dari pandemi. 

Daya beli masyarakat pada protein hewani menurun, lalu beralih ke konsumsi protein nabati yaitu tahu dan tempe. 

Selain itu, gaya hidup vegan -mengutamakan menu makanan yang berasal dari sayur dan buah pada masyarakat kalangan menengah ke atas, turut meningkatkan konsumsi terhadap tahu dan tempe.

Sumber: Databoks. katadata.co.id.
Sumber: Databoks. katadata.co.id.

Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa, konsumsi kedelai pada tahun 2020, sebesar 12,15 kilogram. Naik sekitar 19,43 % dari tahun 2019, yaitu sekitar 10,17 kilogram. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun