Untuk pedagang yang sudah tua, saya beli dagangan mereka. Hitung-hitung syukuran, begitu pikir saya. Jarang-jarang khan, tidak setiap hari bisa berbagi dengan mereka.
Kantong plastik yang saya tenteng, dari sekolah terasa semakin berat. Ada kukus jantung pisang, dibeli dari kakek tua yang mangkal di depan salon Alona.
Keripik singkong dibeli dari nenek yang mangkal di trotoar depan warteg. Jeruk hijau dua kilo, kerupuk bangreng, gula merah, lalab daun singkong dan masih banyak lagi yang lainnya. Semua barang itu dibeli dari para pedagang tua yang mangkal di jalanan.
Sebenarnya, saya tidak butuh semua itu. Toh, tidak pernah memasak di rumah. Untuk makan, kami selalu beli masakan yang sudah jadi. Tapi, hari ini istimewa. Saya ingin semua orang yang ikut merasakan kebahagiaan.
Sebelum naik angkutan kota menuju rumah, saya singgah dulu di toko baju. “Beli baju ah, buat Mbah Ti, ...” Begitu bisik hati. “Sekali-kali membelikan daster untuk orang yang bantu-bantu di rumah, itung-itung berbagi kebahagiaan, ...”
Hari itu penyakit gila belanja kambuh. Setelah masuk toko. Banyak sekali baju yang singgah di keranjang belanja. Daster untuk Mbah Ti, Emak, ibu mertua. Baju koko untuk Bapak dan Bapak Mertua. Belum lagi, baju untuk anak-anak dan tentunya baju untuk saya. Masa untuk sendiri lupa hehe.
Tiba di rumah, saya bongkar semua belanjaan. Wooow ternyata banyak sekali. Saya sampai lupa untuk menulis di jurnal keuangan harian, berapa harga-harga barang yang dibeli tersebut.
Akibat euforia, jadi kalap belanja
Malam menjelang tidur, suami menghampiri. Pelan dia berkata, “Bu, maap ya, ... gaji ayah bulan ini jangan dipake dulu. Ayah nadzar ingin membelikan cincin untuk Ibuku.
Ayah sudah berjanji. Takut dosa kalau tidak ditepati. Nanti tanggal sepuluh ada rapel satu bulan, itu juga jangan dipake dulu, Ayah ingin membeli cincin untuk Ibumu.”
Gubrak! saya kaget setengah mati.
“Ya, Ayah! Ibu tidak apa-apa, janji harus ditepati. Lagian itu kan untuk orang tua Ibu juga.” Pelan saya menjawab. Ada sedih yang menggantung dalam ucapan tersebut.