Mendongeng atau membacakan dongeng adalah salah satu upaya pewarisan budaya. Hal ini, sangat berguna sekali dalam proses transformasi budaya dan transfer nilai-nilai kearifan lokal dalam sebuah kultur masyarakat.Â
Ada tiga nilai pendidikan yang terdapat pada dongeng. Apa sajakah itu? Bagaimana cara Anda mewariskan nilai-nilai tersebut pada anak-anak.
1. Nilai kecerdasan, terdapat pada karakter kancil.Â
Dalam hampir semua dongeng di Nusantara. Kancil digambarkan sebagai hewan yang banyak akal, cerdas, dan mampu keluar dari setiap masalah yang mengintainya dengan cara terbaik.Â
Ternyata, memang kecerdasan amat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan ini. Bagaimana seekor kancil dalam keadaan bahaya dan gawat pun, di saat waktu yang begitu sempit, hampir-hampir nyawanya tidak tertolong.Â
Namun, dengan kelincahan akalnya dan kecerdasan otaknya dia berhasil menyelamatkan diri dengan cara yang amat indah dan kreatif. Hal ini membuktikan bahwa orangtua zaman dahulu, memiliki kecerdasan akal yang luar biasa. Sehingga mereka dapat membuat dongeng yang sangat imajinatif, sekaligus mengandung manpaat yang besar bagi pendidikan bangsa ini.Â
2. Nilai keindahan, contoh dan tauladan hidup.Â
Bagaimana indahnya rasa kasih sayang dan saling membela antara adik dan kakak dalam dongeng Budak Pahatu (Anak Piatu) mengisahkan tentang hidup dua anak sebatang kara, saat akan mengambil buah kupa dari pohonnya.Â
Sang kakak laki-laki memanjat pohon kupa, sedangkan adik perempuannya menunggu di bawah sambil bertugas memunguti buah kupa yang jatuh. Saat sibuk mengambil kupa, si adik tiba-tiba saja sudah ditelan oleh ular piton atau ular jenis sanca.Â
Dengan penuh pembelaan dan kasih sayang, sang kakak mengeluarkan adiknya dari dalam perut ular tersebut, namun naas adiknya sudah meninggal. Sang kakak tidak pantang menyerah, dia mengipasi adiknya dengan hihid (kipas) kabuyutan. Akhirnya, sang adik pun hidup kembali.
3. Nilai kesusilaan, bahwa karakter serigala yang sombong, merasa diri paling gagah.