Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dia dan Kata-ku

2 Januari 2022   18:59 Diperbarui: 2 Januari 2022   19:18 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kucing betina belang tiga | tribunnews.com

I

Dia menatap hitam mataku dalam sekali

Entah jawaban, pelukan, atau tanggung jawab

Yang coba ia harap dariku

"Apa yang harus ku lakukan?" Rintihnya.

Kata-ku :

"Urus kandunganmu dengan baik, tapi jangan bikin aku repot!"

Saat itu, dia hanya mengerjap

Rupanya ada bulir hendak jatuh dari matanya

Dia diam, mulutnya terkatup

Entah apa yang dia rasa di hatinya

II

Sebenarnya, beberapa kali dia datang temui-ku

Dengan perutnya yang mulai tampak

Aku halau dia, tidak pernah biarkan masuk

Pintu selalu ku tutup

Kata-ku :

"Kau boleh ke sini, tapi hanya untuk makan!"

Kali ini dia tengadahkan tangannya 

Berusaha menggapai perhatianku

Tapi usahanya nihil      

III

Enam puluh tiga hari setelah saat itu

Dia datang lagi padaku ; seperti butuh pelukan

Namun, aku sedang sibuk 

Banyak mega proyek menunggu penyelesaian

Kata-ku :

"Kau lahirkan saja, anak-mu! aku yakin kau bisa sendiri!"

Ku bekali dia rumah hangat, makanan, dan baju bayi

Dia hanya mengerang, nafasnya terengah, mulutnya terkatup

Aku tutup pintu, tidak biarkan angin menggoda iba-ku

"Dia bisa diandalkan!" Ucap hati menentramkan

IV

Udara Bulan Januari terasa dingin

Dia datang bersama dua bayinya

Ku tatap sekilas ; satu mirip sekali ibunya

Satunya lagi mirip kucing tetangga

Dua-duanya lucu dan menggemaskan

Hatiku terpikat

Kata-ku :

"Tinggallah di sini, kasihan bayimu kalau di luar."

Matanya tersenyum, kulihat hatinya tertawa

Namun, mulutnya tetap diam

Dia benar-benar ibu yang baik

Setiap hari mengurus bayi tanpa henti

V

Kini dua bayi gemuk dan sehat itu

Jadi pengundang tawa-ku

Hatiku terasa kosong, jika tak ku lihat mereka

Kata-ku :

"Anak-anakmu lucu ya, mirip sekali denganmu."

Dia hanya mengangguk, matanya mendelik

Tiga bulan tinggal di sini

Dia mulai memancing kesalku.

Entah kenapa

Kini, dia tidak lagi patuh kata-ku

Sumedang,  Januari 2022

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun