Akhirnya suami turun, dan bilang kalau mau ke Jamus. Dan ditunjukkan jalan, disuruh berbalik dan belok ke jalan sempit dengan tanjakan dan turunan yang sangat ekstrim. Seperti nya itu jalan setapak yang biasa dilewati saat pergi ke sawah di pegunungan.
Mental suami semakin down, dan semakin sering mengeluh dan mengumpat dengan kata-kata kasar. Aku diam saja, seperti nya itu cara paling bijak untuk memberi dukungan moral dan mempertahankan kesehatan mental.
Capek, sementara tanda-tanda sampai lokasi belum terlihat. Sedang tanjakan dan turunan semakin banyak, dan matahari perlahan mulai menjauh.
Akhirnya sampai juga di portal menuju Lokasi Wisata Kebun teh Jamus. Tamu wajib lapor.
Saat suami berkata peserta Camper Van, ternyata petugas langsung tahu dan paham.
"Mampiro", Pak?"
"Iya, betul!"
"Terus saja ikuti jalan ini, nanti sampai parkiran, di situ lokasinya!"
"Oke, Pak. Siap! Terima kasih." Suamiku kembali bersemangat, aku juga. Meski agak ragu saat jalan yang kami lewat sempit dan gelap mulai membayang.
"Buka lapangan Jamus, Dek!" Kata suamikuÂ
Kubuka google maps, dan ternyata tinggal beberapa menit. Lega rasanya.