Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bisakah Melupakan KDRT, Bagaimana Cara Mengatasi?

16 Agustus 2024   08:22 Diperbarui: 16 Agustus 2024   08:30 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cacian, Makian, Pukulan, bisakah kita memaafkan lalu melupakan kalau mengalami sendiri peristiwa KDRT dari orang Terdekat? 

Kekerasan dalam rumah tangga menjadi isu sensitif dalam kehidupan rumah tangga 

Apalagi jika korban atau pelaku adalah publik figur seperti yang terjadi belum lama ini. Orang secantik itu dianiaya? Tega bener ya...

Tapi itulah fakta yang terjadi. Tapi untunglah sang pelaku yang merupakan suami korban sudah diamankan pihak berwajib.

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah masalah sosial yang serius yang dapat memengaruhi siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang ekonomi.

 Kekerasan ini mencakup berbagai bentuk penyiksaan, baik fisik maupun emosional, yang dilakukan oleh pasangan atau anggota keluarga terhadap orang yang dekat dengannya.

Apa  Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga?

Kekerasan dalam rumah tangga dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik individu maupun struktural. Beberapa penyebabnya antara lain :

1. Kesenjangan Kekuatan dan Dominasi 

KDRT sering kali berkaitan dengan ketidakseimbangan kekuatan dalam hubungan. Salah satu pihak mungkin merasa berhak untuk mengendalikan atau mendominasi yang lain, sering kali berdasarkan gender, usia, atau status sosial.

2. Kekerasan Generasional

Individu yang tumbuh dalam lingkungan di mana kekerasan adalah norma mungkin lebih cenderung untuk melanjutkan pola tersebut. Pengalaman masa kecil yang penuh kekerasan sering kali berdampak pada perilaku dewasa.

3. Tekanan Ekonomi dan Stres

Kesulitan ekonomi dan stres yang tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya kekerasan. Ketika seseorang merasa tertekan atau frustrasi karena masalah finansial atau pekerjaan, mereka mungkin melepaskan kemarahan mereka dengan cara kekerasan terhadap anggota keluarga.

4. Kekurangan Pendidikan dan Kesadaran

 Kurangnya pengetahuan tentang hubungan yang sehat dan hak-hak individu dapat memperburuk masalah. Tanpa pendidikan yang memadai, seseorang mungkin tidak menyadari bahwa tindakan mereka adalah bentuk kekerasan.

5. Pengaruh Budaya dan Sosial

Beberapa norma budaya atau sosial mungkin memperbolehkan atau bahkan menganjurkan perilaku kekerasan. Misalnya, pandangan bahwa salah satu gender harus dominan dapat menyebabkan terjadinya KDRT.


Contoh Kasus KDRT 

Korban KDRT susah memaafkan lalu melupakan karena trauma (dokpri, gambar AI diolah dengan canva)
Korban KDRT susah memaafkan lalu melupakan karena trauma (dokpri, gambar AI diolah dengan canva)

Kasus 1: Kasus Kekerasan Fisik

Siti, seorang ibu rumah tangga di sebuah kota besar, mengalami kekerasan fisik secara rutin dari suaminya. Suaminya sering memukul, menendang, dan menarik rambutnya ketika marah. 

Siti merasa terjebak karena ancaman suaminya akan menceraikannya dan mengambil hak asuh anak-anak mereka. 

Ketidakmampuan Siti untuk berbicara dan mencari bantuan akibat ketergantungan finansial semakin memperburuk situasi.

Kasus 2: Kekerasan Emosional

Rudi, seorang pekerja kantor, sering mengalami kekerasan emosional dari istrinya. Istrinya sering merendahkan, mengkritik, dan memanipulasi Rudi secara psikologis. 

Rudi merasa tertekan dan tidak memiliki harga diri karena perlakuan tersebut, namun ia merasa sulit untuk mencari bantuan karena stigma terkait laki-laki yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.

Bagaimana Cara Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga?

1. Pendidikan dan Kesadaran

 Meningkatkan kesadaran tentang tanda-tanda kekerasan dan hubungan yang sehat sangat penting. Pendidikan tentang hak-hak individu dan sumber daya yang tersedia dapat membantu individu mengenali dan melawan kekerasan.

2. Dukungan Hukum

Pemerintah dan lembaga hukum perlu menerapkan undang-undang yang melindungi korban KDRT. Penegakan hukum yang efektif dan sistem peradilan yang responsif dapat memberikan perlindungan dan keadilan bagi korban.

3. Layanan Konseling dan Psikologis

 Menyediakan layanan konseling untuk korban dan pelaku kekerasan dapat membantu mengatasi dampak emosional dan psikologis dari kekerasan. Program rehabilitasi untuk pelaku juga penting untuk mengubah pola perilaku mereka.

4. Membangun Jaringan Dukungan

Memfasilitasi kelompok dukungan bagi korban KDRT dan memberikan informasi tentang tempat perlindungan, layanan kesehatan, dan konseling dapat membantu mereka mendapatkan bantuan yang diperlukan.

5. Kampanye Kesadaran Publik 

Meningkatkan kesadaran melalui kampanye media massa, seminar, dan program pendidikan dapat mengubah persepsi masyarakat tentang KDRT dan mendorong lebih banyak individu untuk melaporkan kekerasan.

Wasana Kata

Kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah yang kompleks dan memerlukan pendekatan multi-faceted untuk diatasi. Korban KDRT susah sekali untuk memaafkan lalu melupakan. Masalah seperti ini bahkan menjadi trauma berkepanjangan dan butuh bantuan psikolog untuk penyembuhan nya.

 Melalui pendidikan, dukungan hukum, dan layanan rehabilitasi, masyarakat dapat bekerja bersama untuk mencegah kekerasan dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua anggota keluarga. Diharapkan korban kekerasan dalam rumah tangga bisa memaafkan lalu melupakan trauma yang dialaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun