Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bisakah Melupakan KDRT, Bagaimana Cara Mengatasi?

16 Agustus 2024   08:22 Diperbarui: 16 Agustus 2024   08:30 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korban KDRT susah memaafkan lalu melupakan karena trauma (dokpri, gambar AI diolah dengan canva)

Kesulitan ekonomi dan stres yang tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya kekerasan. Ketika seseorang merasa tertekan atau frustrasi karena masalah finansial atau pekerjaan, mereka mungkin melepaskan kemarahan mereka dengan cara kekerasan terhadap anggota keluarga.

4. Kekurangan Pendidikan dan Kesadaran

 Kurangnya pengetahuan tentang hubungan yang sehat dan hak-hak individu dapat memperburuk masalah. Tanpa pendidikan yang memadai, seseorang mungkin tidak menyadari bahwa tindakan mereka adalah bentuk kekerasan.

5. Pengaruh Budaya dan Sosial

Beberapa norma budaya atau sosial mungkin memperbolehkan atau bahkan menganjurkan perilaku kekerasan. Misalnya, pandangan bahwa salah satu gender harus dominan dapat menyebabkan terjadinya KDRT.


Contoh Kasus KDRT 

Korban KDRT susah memaafkan lalu melupakan karena trauma (dokpri, gambar AI diolah dengan canva)
Korban KDRT susah memaafkan lalu melupakan karena trauma (dokpri, gambar AI diolah dengan canva)

Kasus 1: Kasus Kekerasan Fisik

Siti, seorang ibu rumah tangga di sebuah kota besar, mengalami kekerasan fisik secara rutin dari suaminya. Suaminya sering memukul, menendang, dan menarik rambutnya ketika marah. 

Siti merasa terjebak karena ancaman suaminya akan menceraikannya dan mengambil hak asuh anak-anak mereka. 

Ketidakmampuan Siti untuk berbicara dan mencari bantuan akibat ketergantungan finansial semakin memperburuk situasi.

Kasus 2: Kekerasan Emosional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun