Berempati tentang hati, yang mungkin tersakiti,Â
Meski dalam angkringan yang nyam nyam, ada hati terasa lezat.
Joko Pinurbo Berpulang. Pergi bersama paru-paru yang mengadu.
Tapi dia berdoa bersama pesolek cantik.
Yang memohon pada Tuhan untuk memetik bulan ke dalam matanya,
Dan meminta Tuhan membuat lipstik pemerah bibir membuatnya banyak bercerita tanpa suara.
Joko Pinurbo berpulang, berdampingan dengan cita-cita untuk pulang ke abadi an.
Menuju rumah yang diidamkan, meski kadang hanya jadi tempat singgah.
Berceloteh tentang manusia yang dijajah telepon genggam,
Yang justru melupakan kontak Tuhan, yang kontaknya tak pernah hilang dibanting gempa.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!