Berbicara persiapan puasa tak bisa lepas dari takjil. Puasa ramadan kali ini, pasar takjil tidak terlalu ramai. Paling tidak, itu yang kusaksikan kemarin.
Bisa jadi karena hujan, jadi penjual takjil dan pembeli sama-sama sepi. Semoga nanti sore cerah, sehingga aku bisa meliputi pasar takjil ramadan di sekitar tempat tinggalku.
Saat sedang asyik memasak dan mempersiapkan makanan untuk berbuka, tiba-tiba teringat kalau misteri challenge besok(hari ini) adalah membuat video tentang pasar takjil Ramadan.
Walah, waktu sudah menunjuk pukul 16.33. Aku segera menyelesaikan masakan secepatnya. Tumis tahu kacang panjang, dan bandeng bumbu Bali. Sementara masih ada sisa  bacem tahu tempe yang tinggal dipanasi.
Teh panas juga sudah siap, biar saat berbuka nanti sudah hangat. Masih ada waktu sekitar 1 jam sebelum berbuka. Bisa mengejar pasar takjil sepertinya.
Bergegas mandi kilat secepatnya. Ambil gawai, dan tas cangklong siap beraksi.
Olala, gerimis manis menghampiri. Sempat ingin mencari jas hujan. Ah, cuma gerimis. Kupacu saja motor ku menembus gerimis, menuju spot-spot pasar takjil.
Malangnya daku. Eh...
Jalanan sepi. Entah harus disyukuri atau diratapi. Tak juga ketemu apa yang kucari. Sepanjang jalan sepi. Pembeli juga sepi.Â
Tak seperti tahun lalu, sepanjang jalan penuh penjual takjil. Jalan macet, dan penjual takjil berderet sepanjang jalan. Membuat malas keluar ke jalan.
Tapi kini, saat dibutuhkan, penjual justru tak ada. Tapi semangat tetap membara. Hujan semakin deras, seperti nya tak rela aku nyaman menembus gerimis.
Cuaca dingin, membuat tubuh menggigil. Sementara di sepanjang jalan justru kebanyakan menjajakan es.
Es degan, es buah, sop buah, es podeng, es teh, milky tea, teh kota,teh desa, teh jumbo, teh promo. Eh..
Di kulkas ada es lumut, es podeng, es teler yang siap diracik. Tentunya lucu kalau aku harus membeli takjil seperti itu.
Sementara tempe mendoan juga sudah kuracik, tinggal menggoreng saja. Rencananya pulang liputan mau kugoreng, biar hangat dan krispi.
Siomay kuah juga tinggal merebus kuah dan memasukkan siomay nya. Sepertinya tak ada takjil yang bisa kubeli.
Penjual takjil hanya beberapa, tersebar di sepanjang jalan desa. Rekam video satu-satu kalau begitu.
Tak banyak yang bisa direkam, penjual dan pembeli sama-sama saja, hanya satu dua. Jarang!
Sementara baju mulai basah. Ah, ternyata begini amat hunting video. Hiks...
Semangat... semangat... semangat!
Sebentar lagi berbuka, sementara takjil belum kelar. Hujan bertambah deras. Seperti nya lebih baik pulang saja. Sepanjang jalan ketemunya penjual es melulu, padahal dingin yang mencekat menembus  baju.
Walhasil pulang tanpa hasil. Hanya video sekilas sempat terekam. Ah, lupakan saja. Semoga sore ini cerah, bisa merekam video yang lebih akurat dan indah tentang pasar takjil ramadan.
Ternyata asyik juga, menikmati hunting berita, meski amatir yang penting profesional. Eh...
Sampai rumah basah kuyup, hunting video pun gagal. Ah, santai saja. Toh kita merdeka. Tidak ada yang menekan, mencari berita untuk sendiri, sesuka hati,tidak harus tunduk pada yang menggaji. Suka-suka gue, apakah mau dimonetisasi. Bekerja untuk sendiri. Sekedar menikmati privasi.
Nikmat mana lagi yang kaudustakan. Nikmati saja. Bahagia nya jadi orang merdeka. Yes!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H