Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Basah Kuyup Gagal Meliput Pasar Takjil Ramadan Karena Hujan

15 Maret 2024   10:35 Diperbarui: 15 Maret 2024   19:27 2091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara persiapan puasa tak bisa lepas dari takjil. Puasa ramadan kali ini, pasar takjil tidak terlalu ramai. Paling tidak, itu yang kusaksikan kemarin.

Bisa jadi karena hujan, jadi penjual takjil dan pembeli sama-sama sepi. Semoga nanti sore cerah, sehingga aku bisa meliputi pasar takjil ramadan di sekitar tempat tinggalku.

Saat sedang asyik memasak dan mempersiapkan makanan untuk berbuka, tiba-tiba teringat kalau misteri challenge besok(hari ini) adalah membuat video tentang pasar takjil Ramadan.

Walah, waktu sudah menunjuk pukul 16.33. Aku segera menyelesaikan masakan secepatnya. Tumis tahu kacang panjang, dan bandeng bumbu Bali. Sementara masih ada sisa  bacem tahu tempe yang tinggal dipanasi.

Teh panas juga sudah siap, biar saat berbuka nanti sudah hangat. Masih ada waktu sekitar 1 jam sebelum berbuka. Bisa mengejar pasar takjil sepertinya.

Bergegas mandi kilat secepatnya. Ambil gawai, dan tas cangklong siap beraksi.

Olala, gerimis manis menghampiri. Sempat ingin mencari jas hujan. Ah, cuma gerimis. Kupacu saja motor ku menembus gerimis, menuju spot-spot pasar takjil.

Malangnya daku. Eh...

Pasar takjil ramadan, hanya ada 1 penjual gorengan (dokpri)
Pasar takjil ramadan, hanya ada 1 penjual gorengan (dokpri)

Jalanan sepi. Entah harus disyukuri atau diratapi. Tak juga ketemu apa yang kucari. Sepanjang jalan sepi. Pembeli juga sepi. 

Tak seperti tahun lalu, sepanjang jalan penuh penjual takjil. Jalan macet, dan penjual takjil berderet sepanjang jalan. Membuat malas keluar ke jalan.

Tapi kini, saat dibutuhkan, penjual justru tak ada. Tapi semangat tetap membara. Hujan semakin deras, seperti nya tak rela aku nyaman menembus gerimis.

Cuaca dingin, membuat tubuh menggigil. Sementara di sepanjang jalan justru kebanyakan menjajakan es.

Es degan, es buah, sop buah, es podeng, es teh, milky tea, teh kota,teh desa, teh jumbo, teh promo. Eh..

Di kulkas ada es lumut, es podeng, es teler yang siap diracik. Tentunya lucu kalau aku harus membeli takjil seperti itu.

Sementara tempe mendoan juga sudah kuracik, tinggal menggoreng saja. Rencananya pulang liputan mau kugoreng, biar hangat dan krispi.

Siomay kuah juga tinggal merebus kuah dan memasukkan siomay nya. Sepertinya tak ada takjil yang bisa kubeli.

Penjual takjil hanya beberapa, tersebar di sepanjang jalan desa. Rekam video satu-satu kalau begitu.

Tak banyak yang bisa direkam, penjual dan pembeli sama-sama saja, hanya satu dua. Jarang!

Sementara baju mulai basah. Ah, ternyata begini amat hunting video. Hiks...

Semangat... semangat... semangat!

Pasar takjil ramadan sepi karena hujan (dokpri)
Pasar takjil ramadan sepi karena hujan (dokpri)

Sebentar lagi berbuka, sementara takjil belum kelar. Hujan bertambah deras. Seperti nya lebih baik pulang saja. Sepanjang jalan ketemunya penjual es melulu, padahal dingin yang mencekat menembus  baju.

Walhasil pulang tanpa hasil. Hanya video sekilas sempat terekam. Ah, lupakan saja. Semoga sore ini cerah, bisa merekam video yang lebih akurat dan indah tentang pasar takjil ramadan.

Ternyata asyik juga, menikmati hunting berita, meski amatir yang penting profesional. Eh...

Sampai rumah basah kuyup, hunting video pun gagal. Ah, santai saja. Toh kita merdeka. Tidak ada yang menekan, mencari berita untuk sendiri, sesuka hati,tidak harus tunduk pada yang menggaji. Suka-suka gue, apakah mau dimonetisasi. Bekerja untuk sendiri. Sekedar menikmati privasi.

Nikmat mana lagi yang kaudustakan. Nikmati saja. Bahagia nya jadi orang merdeka. Yes!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun