Tak seperti tahun lalu, sepanjang jalan penuh penjual takjil. Jalan macet, dan penjual takjil berderet sepanjang jalan. Membuat malas keluar ke jalan.
Tapi kini, saat dibutuhkan, penjual justru tak ada. Tapi semangat tetap membara. Hujan semakin deras, seperti nya tak rela aku nyaman menembus gerimis.
Cuaca dingin, membuat tubuh menggigil. Sementara di sepanjang jalan justru kebanyakan menjajakan es.
Es degan, es buah, sop buah, es podeng, es teh, milky tea, teh kota,teh desa, teh jumbo, teh promo. Eh..
Di kulkas ada es lumut, es podeng, es teler yang siap diracik. Tentunya lucu kalau aku harus membeli takjil seperti itu.
Sementara tempe mendoan juga sudah kuracik, tinggal menggoreng saja. Rencananya pulang liputan mau kugoreng, biar hangat dan krispi.
Siomay kuah juga tinggal merebus kuah dan memasukkan siomay nya. Sepertinya tak ada takjil yang bisa kubeli.
Penjual takjil hanya beberapa, tersebar di sepanjang jalan desa. Rekam video satu-satu kalau begitu.
Tak banyak yang bisa direkam, penjual dan pembeli sama-sama saja, hanya satu dua. Jarang!
Sementara baju mulai basah. Ah, ternyata begini amat hunting video. Hiks...
Semangat... semangat... semangat!