Sambil beradaptasi dengan suasana, kami masuk ke aula yang sangat luas. Ayah mengajak ngopi dulu di kedai kopi yang terdapat di dalam aula.
Harum aroma kopi sungguh menggoda. Menguar dalam derasnya hujan yang tak kunjung reda.
Saya tidak biasa menikmati kopi hitam tapi suka aroma kopi. Kali ini saya betul-betul tergoda. Aroma kopi asli yang begitu kental mendekap erat dan memaksa saya untuk ikut memesan.
Wow... citarasanya tidak berbeda jauh dari aroma yang menguar, menggelitik genit dan membuat terpesona.
Citarasa kopi asli pegunungan yang begitu natural dan memukau. Sementara orkestra hujan semakin riuh menimpa atap gedung.
Mas Hendrik membawa teh rempah yang cocok untuk menghangatkan badan di saat hujan seperti ini. Apalagi lokasi bumi perkemahan ini cukup tinggi, tak heran jika hawa dingin mulai mencubit kulit.
Habis setengah gelas menikmati kopi Kandangan yang nasgitel, saya menambahkan teh celup rempah yang dibawa Mas Hendrik.
 Kali ini ada sensasi pedas aroma rempah yang ciamik. Sungguh perpaduan citarasa yang unik dan eksotik. Membuat saya mengantuk sambil menahan hawa dingin yang semakin gencar menyerang. Eh...
Bukan mengantuk ya, harusnya malah melek, hihihi..
Hujan mulai reda, sementara Mas Mul belum tiba dari Kediri. Kami masih menanti, sebab selain Mas Mul, tidak ada peserta happy camp CVI yang kami kenal.
Kami juga tidak diberi rundown acara, sehingga tidak paham sama sekali.
Hujan nyaris reda,berganti suara nyanyian mengudara.