Penetapan hari komedi, pentingkah? Apakah humor pemilu bisa mendinginkan suasana dan mendamaikan pemilu?
Seorang Juru kampanye partai sedang berorasi:
"Dalam kampanye dan pemilu yang akan datang, kita tidak boleh menjelekkan-jelekkan atau menyinggung partai lain. Apalagi sampai mencoblosnya!"
(Humor pemilu, Anonim)
Pemilu telah berlalu. Tapi sepertinya masyarakat sudah semakin Cerdas dan tidak terlalu serius berbenturan saat berbeda pilihan.
Terkadang humor-humor segar banyak dilontarkan. Pemilu kali ini lebih ramah dan santai.
Bahkan saya sempat mendengar obrolan di sebuah warung rujak petis saat pemilu tanggal 14 Februari yang telah lalu.
"Kamu pilih siapa?"
"Dialah, pemimpin sejati!" Jawab yang satu menyebutkan pilihannya dengan banggaÂ
"Kalau di sini banyak yang pilih Dia(menyebutkan salah satu Paslon), soalnya kasihan, sudah berkali-kali mencalonkan diri nggak jadi-jadi!"
"Aku juga," jawab yang lain tak kalah santai.
"Kalau Calegnya?"
"Aku pilih sing ayu. Langsung tak coblos. Nyusss....! Hahaha..
"Aku juga!" Jawab yang lain. Kebetulan yang di situ semua lelaki.
"Siapa yang jadi terserah, yang penting kantong tebal, banyak amplop!"
"Amplop kosong?" Hahaha...mereka kembali tertawa riuh tanpa beban, tak peduli meski beda pilihan.
Saya hanya tersenyum. Pelaksanaan pemilu yang santai dan damai tentu tak terlepas dari sense of humor yang tinggi dari masyarakat.
Tentunya nggak ada salahnya ditentukan Penetapan Hari Komedi, agar semua orang bisa merasakan suasana lucu dan damai.
Komedi yang identik dengan kelucuan dan humor tentunya juga bisa mengatasi masalah kesehatan mental yang sering berjangkit pasca pemilu.
Tapi tampaknya, pemilu kali ini lebih sedikit caleg yang mengalami gangguan mental. Ini juga tidak terlepas dari rasa humor yang tinggi dari masyarakat yang membuat para caleg lebih santai.
Seperti foto-foto humor pemilu yang menyindir para caleg, tapi bisa jadi hal seperti itu benar-benar terjadi meski dalam nominal yang berbeda.
Mungkin para caleg lebih berhati-hati saat menyebar uang secara diam-diam dan bersyarat, sehingga jika kalah, mereka tidak terlalu banyak kehilangan materi.
Bahkan ada berita viral tentang kekonyolan yang terjadi pada caleg gagal yang membongkar kembali paving yang dihibahkan karena dirinya gagal menjadi caleg.
Di medsos, humor pemilu juga mewarnai diskusi dan perbincangan dengan mengunggah foto-foto yang dibagikan dari satu akun ke akun lain, dari medsos satu ke medsos lain sampai tidak terdeteksi, siapa yang sebenarnya mempunyai ide dan gambar serta mengunggah nya ke medsos.
Ilustrasi yang terakhir semakin lucu dengan jumlah nominal yang banyak, tapi dicicil dulu sebesar 7 ribu dari 500 ribu yang dijanjikan.
Melihat medsos membuat kita tersenyum simpul atau bahkan terbahak -bahak sendiri.
Tapi sepertinya penetapan hari komedi sangat diperlukan, agar orang bisa tertawa dan sedikit terlepas dari beban hidup di tengah himpitan harga beras dan sembako yang semakin melambung.
Sementara humor pemilu juga memberi warna lain pada pemilu yang telah lalu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI