Akhirnya bismillah saja kita berangkat.
Masuk gerbang bambu, jalan mulai menanjak meski jalan setapak sudah terkondisikan.
Baru jalan naik beberapa langkah, nafas saya sudah memburu. Kaki mulai ngilu. Diam-diam saya berdoa agar dikuatkan. Eh..cengeng ya. Baru segitu saja sudah mohon pertolongan. Hehehe..
Sementara di atas Dek Wawa melangkah riang bersama Ayah dan mamahnya. Ayuk semangat...
Jadi semangat lagi deh.
"Ayuk cepat. Nanti nggak kebagian sunrise!" suami ikut menyemangati.
Perjalanan berlanjut. Nafas semakin memburu dan tak terkontrol. Megap-megap sendiri. Sementara tenggorokan seperti tercekik.
"Yowes, istirahat dulu!" kata suamiku.
"Kalau capek istirahat dulu, Bu. Jangan dipaksa," kata Mas Hendrik. Sementara Mbak Lutfi dan Dek Wawa masih segar bugar.
Saya istirahat sejenak dan minum 2 teguk air. Setelah agak nyaman, kita lanjut mendaki. Batuan dan tanah sedikit basah sebenarnya  nyaman untuk dilewati.Â
Tapi jika undak-undakan terlalu lebar, kaki saya yang pendek susah menjangkau trap berikutnya, sehingga terpaksa minta tolong suami dan Mas Hendrik.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!