Sebenarnya, di puncak sudah menunggu para pembina, tapi ini dirahasiakan. Agar peserta lebih mandiri, percaya diri, dan mengandalkan kemampuan diri.
Namun pada acara Inagurasi dan pengambilan scarf kali ini, menurut Mas Hendrik jauh lebih mudah dari angkatannya dulu.
Mungkin karena jaman sudah berubah. Dulu saat malam Inagurasi, lokasi awal sangat terisolir, tidak ada warung makan sama sekali seperti saat ini.
Peserta hanya berbekal tas punggung berisi perlengkapan standar pendakian. Bekal makanan juga dibatasi. Misal mie instan hanya 2 bungkus dan minuman yang dibawa hanya 2 botol dan harus cukup sampai turun dari pendakian.
Untuk menghemat bekal, mereka bisa mengonsumsi dedaunan yang ditemui, atau buah liar yang tumbuh di gunung. Bahkan minum air mentah dari  mata air yang ditemui.
Sepertinya giat seperti ini sangat efektif mengatasi perut buncit. Eh ..
Bahkan ada acara saat mata ditutup, dan mereka disuapin cacing. Begitu narasi panitia.
Tapi saat memejamkan mata, sebenarnya mie yang disiapkan. Jadi saat lulus Inagurasi dan pengambilan scarf, mereka betul-betul menjadi pecinta alam yang tangguh.
Malam yang mencekam telah terlewati. Rombongan sudah sampai di puncak Cumbri dan mengadakan upacara di sana.