Rewang.
Mungkin masih banyak orang yang belum paham dengan kata ini.
Menurut KBBI, Rewang bisa berarti membantu, atau pembantu.
Sedang  menurut jurnal.uns.ac.id
Rewang dalam bahasa Jawa berarti pembantu.
 Tetapi dalam konteks sebuah hajatan besar seperti pernikahan, rewang memiliki makna berbeda.
Rewang diartikan sebagai aktivitas masyarakat yang saling membantu satu sama lain saat memiliki hajat untuk bergotong royong memperingan beban yang mempunyai hajad.
Rewang juga berfungsi menjaga kerukunan dan kebersamaan, menjalin komunikasi dan mempertahankan tradisi turun-temurun guna menjaga keharmonisan dalam masyarakat.
Di Dusun Buluh, Krandegan, Kebonsari, Madiun, tradisi Rewang ini masih terjaga hingga kini.
Acara Rewang ini biasanya sudah dimulai seminggu sebelum hari H.
Para lelaki yang bertubuh kuat, biasanya mengawali Rewang dengan membuat jenang.Â
Untuk membuat jenang yang selalu diaduk dan saat semakin lengket, semakin berat untuk mengaduknya, sehingga biasanya dilakukan oleh para lelaki.
Selanjutnya, di awal Hajadan biasanya juga dilakukan acara kirim-kirim.
Kirim-kirim ini mengirim makanan pada tetangga dan saudara, juga malamnya diikuti kirim doa.
Biasanya saat ini para perempuan sudah mulai ikut membantu atau Rewang.
Ibu-ibu yang Rewang mulai berbagi tugas membantu sesuai keinginan dan apa saja yang bisa dikerjakan.
Biasanya, untuk yang memasak sudah dipilih khusus dan sudah profesional. Mereka paham betul, berapa yang harus dimasak, untuk memenuhi kebutuhan berapa orang.
Untuk yang tidak mempunyai keahlian seperti saya, biasanya ikut membantu serabutan dengan pekerjaan favorit mengiris buncis, hihihi...
Tapi mengiris buncis di sini unik, lho. Mengirisnya tidak memakai talenan, tapi diiris di udara. Sir...sir...sir...! Keren kan? Kapan-kapan kuajari kalau penasaran, hehehe..
Ada juga yang kebagian tugas melipat kertas pembungkus nasi dan sayur.
Sementara ada juga yang membungkus nasi, sayur dan lauk.
Biasanya, untuk tamu yang menyumbang, atau di sini biasa disebut "mbecek", mereka membawa bahan mentah yang dibutuhkan untuk keperluan masakan. Kemudian ditukar dengan masakan matang, nasi, sayur dan lauknya.
Pokoknya, dalam Hajadan ini banyak tetangga yang terlibat. Dari penerima tamu di depan, sampai melayani tamu dan mencatat tamu yang hadir.
Ada juga yang membawa sumbangan dan membawa kembali setelah diisi makanan matang.
Pokoknya semua yang Rewang adalah tim terorganisasi yang membantu keberhasilan dan kesuksesan pelaksanaan hajad.
Biasanya si empunya hajad hanya memberi arahan sekedarnya dan mempersiapkan pembiayaan jika diperlukan.
Bagaimana dengan tradisi Rewang di tempat panjenengan? Masih terjaga dan terpelihara? Atau lebih memilih katering dan menyerahkan pada Wedding Organizer (WO)?
Sumber referensi:
https://jurnal.uns.ac.id/prosidingprasasti/article/download/1620/1506
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI