Sedikit mengabaikan Mindful Eating. Tapi ini memang sudah kusengaja, dan aku juga sudah mengamati porsinya. Bahkan rasanyapun  aku perhatikan dengan penuh seksama dan senikmat -nikmatnya. Eh...
"Kalau membuat lapak permanen itu, ijin,Bu. Ke desa.Tapi kalau cuma pasang meja dan menggelar dagangan, tidak perlu ijin."Â
"Seperti itu, lho Bu. Yang di seberang itu, tidak perlu ijin. Itu asalnya dari Solo, jadi jualnya tidak permanen."
"Kalau ijin ke desa, juga harus punya KTP desa sini," Bu Harti menjelaskan.
 Sementara aku mendengarkan sambil menikmati nasi pecel. Nasinya tidak terlalu pulen, tapi balance sama pecelnya yang legit sehingga agak tersamar.
 Enaklah, buktinya kusantap sampai ludes. Bumbunya pas. Tidak terlalu manis, berpadu dengan tempe goreng terasa harmonis.
 Eh...memangnya keluarga. Keluarga saja banyak yang dihantam perselingkuhan. Kalah deh sama nasi pecel bisa harmonis. Hohoho...apa hubungannya ya?
"Sepertinya hari ini tidak terlalu ramai, ya Bu?" Tanyaku.Â
"Hari Minggu, Bu ramainya."
"Banyak yang olah raga, ya Bu?"
"Bukan. Kalau Minggu biasanya penuh bakul, Bu. Malah tidak bisa buat olahraga. Orang-orang yang datang bukan untuk olah raga, tapi untuk kulineran."Â