Wisata Religi, Doa Anak Sholeh Bahrul Ulum dan Kereta Kelinci. Terdengar religius dan menarik, ya.Â
Iyaaa...! Eh kok dijawab sendiri?
Acara ini memang serius dan bersungguh-sungguh meski dikemas santai dan menarik untuk siswa siswi MI Bahrul Ulum, Buluh Krandegan Kebonsari Madiun.
Sabtu, 20 Januari 2023 adalah Harlah yayasan pendidikan Islam Bahrul Ulum ke-66 yang akan dibuka nanti malam, bersamaan dengan tasyakuran akreditasi Bahrul Ulum.
Ziarah muassis Bahrul Ulum yang berada dalam lingkungan Masjid besar Kyai Imam Muhammad Buluh ini dilakukan oleh keluarga besar Bahrul Ulum, antara lain :
- siswa- siswi (santri-santriwati) MI Bahrul Ulum kelas 4,5 dan 6.
-siswa-siswi RA Bahrul Ulum
- siswa-siswi PAUD Bahrul UlumÂ
Acara dilaksanakan dengan Ziarah muassis di 3 makam tempat peristirahatan muassis dan keturunannya, yaitu :
1. Ziarah muassis di Makam Buluh
Makam Buluh terletak di belakang  Masjid Besar Kyai Imam Muhammad.
Di sini dimakamkan muassis MI Bahrul Ulum dan semua yang berjasa mendirikan maupun mendukung keberlangsungan yayasan Pendidikan Islam Bahrul Ulum.
Salah satunya adalah Bpk Kyai Dimyati yang wafat pada 5 suro, 22/10/'82, seperti yang tertera di makam beliau.
Tahlil dan doa bersama dilakukan dengan khusuk dan penuh khidmat. Sekaligus mengawali ziarah muassis Bahrul Ulum.
Acara dilanjutkan ke tempat kedua di dusun sarangan, desa Krandegan, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun.
2. Ziarah muassis di makam Sarangan
Kali ini, ziarah agak jauh dari lokasi MI Bahrul Ulum Buluh, jadi untuk transportasi memanfaatkan kereta kelinci.Â
Kenapa menggunakan kereta kelinci?
- menciptakan situasi santai dan menarik agar anak-anak merasa nyaman.
-anak-anak bisa merasakan suasana wisata.
- tarifnya relatif murah
- mendukung kereta kelinci sebagai kereta wisata di jalan desa.
Setelah semua masuk ke kereta masing-masing, perjalanan dimulai.
Berdoa dulu ya..
Bismillahi tawakkaltu 'alallahi wa la haula wa la quwwata illa billah.
( Dengan nama Allah, aku bertawakal kepadaNya. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah)
"Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad"
"Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad"
"Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad"
Shalawat nabi menggema di tengah makam Sarangan. Menyertai doa kami untuk para pendahulu dan muassis.
Dari Sarangan, kami melanjutkan perjalanan ke Tegal Rejo.
3. Ziarah Muassis di Makam Tegalrejo
Kereta kelinci bergoyang-goyang mengikuti kontur jalan.
Jarak yang cukup jauh, tapi tak terasa sudah sampai di Pondok Tegalrejo.
Halaman yang luas dengan banyak gazebonya menebar aura kedamaian.
Masjid bercat hijau lembut membuat ruangan terasa sejuk. Sebelum berziarah di belakang masjid, dilaksanakan shalat Dhuha berjamaah.
 Aku tadi sudah menunaikan shalat Dhuha sebelum berangkat, jadi duduk di belakang saja sambil menunggui anak-anak yang sedang melaksanakan shalat Dhuha berjamaah.
Selesai shalat Dhuha dilanjutkan berziarah di makam Tegalrejo.
Menurut Bpk Supriyadi (61 thn), yang merupakan salah satu keturunan Al Mukaromah Kyai Imam Muhammad, Masjid Tegalrejo didirikan oleh Kyai Abdurrohman.
Masjid dan Pondok Tegalrejo didirikan oleh Kyai Abdurrohman yang merupakan cikal-bakal masjid Kyai Imam Muhammad Buluh.
Kyai Abdurrohman adalah kakek dari Kyai Imam Muhammad.
Kyai Abdurrohman menikah dengan putri Kyai Maulani dari Banjarsari, Dagangan.
Kemudian, salah satu putranya adalah Kyai Hardjo Besari yang merupakan ayah dari Kyai Imam Muhammad yang merupakan pendiri Masjid besar Buluh.
Menurut Pak Pri, kenapa Masjid Tegalrejo tidak dinamakan Masjid Semen, padahal lokasinya di dusun dan desa semen, itu ada sejarahnya.
Dulu, banyak sekali para santri yang ingin menimba ilmu pada Kyai Abdurrohman. Bahkan rumah beliau tidak sanggup menampung jumlah santri yang ingin belajar agama.
Akhirnya, mereka rela mendirikan tenda di pekarangan (tegalan, Tegal). Lama kelamaan, halaman atau tempat di sekitar rumah Kyai Besari yang semula sepi, menjadi ramai dan semarak (Rejo) oleh kehadiran para santri yang menginap di tenda.
Sejak itulah, nama tempat itu menjadi Tegalrejo yang dipergunakan sebagai nama masjid sekaligus pondok yang didirikan Kyai Abdurrohman pada tahun 1835 M.
Kyai Imam Muhammad adalah cikal bakal berdirinya Masjid Kyai Imam Muhammad, Buluh, Krandegan Kebonsari, Madiun.
Beliau adalah salah satu ulama yang mempunyai keistimewaan atau linuwih.
Ada cerita yang menyebutkan, saat wafatnya, beliau tidak dipikul seperti layaknya jenazah yang akan dikebumikan.Â
Tapi hanya diangkat dan sampai sendiri ke makamnya di Tegalrejo, sehingga tidak memberatkan yang mengangkat.
Wallahu alam bishowab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI