Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tips Berkendara di Pegunungan Menuju Bromo dengan Mobil Matic 4WD

11 Januari 2024   16:04 Diperbarui: 11 Januari 2024   21:09 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melepas ketegangan, berhenti sejenak menatap indahnya alam (dokpri)

Sore yang gerimis manis, dengan kabut yang pelan menyapa dengan keramahannya. Tahun telah berganti seminggu lamanya, tapi hikmah tahun 2023 sepertinya masih menyertai kehidupan.

Aku diam dalam doa. Kalau pergi sendiri, pasti ayah tidak bakal berani naik sampai sejauh ini. Mobil mending diparkir, dan kita naik transportasi lain. Tapi hidup harus terus maju. Kalau tidak berani mengambil resiko, mungkin kita jalan di tempat 

Sebulan yang lalu Ayah sudah berlatih melewati Medan yang sedikit berat, dan ternyata nyaman-nyaman saja, sehingga sekarang berani menyetir sendiri ke Bromo. Mungkin itu adalah hikmah tahun 2023.

Berani nggak berani, harus berani nyetir sendiri. Kalau teman yang lain bisa, kita pasti bisa. Eh...aku sih cuma nyuport, hehehe.

Apalagi hari ini ada Pak Mul, teman Ayah di BNC yang memandu di depan. Berkendara bersama Bu Mul.

Sementara di belakang mengawal, ada Mas Kelik, dan istrinya Mbak Monik. Mas Kelik sudah sangat berpengalaman, tak heran kalau santai saja di belakang, karena sudah akrab dan paham betul menyiasati Medan yang bagaimanapun.

Baca juga: Secangkir Kopi Jago

Tinggal ayah, dengan aku di sampingnya yang masih ragu dan was-was karena belum terbiasa berkendara di jalan yang sulit.Akhirnya di dekat mushola, kami berhenti. Ayah meminta pada Pak Mul untuk beristirahat dahulu.

Terlihat ayah sudah stres melewati Medan yang berkelok dan terus menanjak.

 Meski sebenarnya bukan tanjakannya yang membuat stres, tapi rute turun nantinya.

 Semakin tinggi naiknya, tentunya turun juga semakin curam. Itu yang membuat Ayah was-was.

Meski mobil tua, tapi ini merupakan mobil 4x4 atau 4 WD (dibaca : four wheel Drive).

 Mesin mobilnya dapat mendistribusikan tenaga lebih besar pada setiap roda mobil, terutama saat melewati medan yang terjal.

 Bahkan kemungkinan mobil ini selip sangat kecil, karena  aliran tenaga pada setiap rodanya bisa diatur.

Menurut www.auksi.co.id, perbedaan AWD dan 4WD adalah:

"Tenaga mesin dari sistem penggerak AWD  digunakan oleh seluruh roda, secara permanen, sedangkan untuk 4WD tenaga bisa disalurkan ke semua roda (4x4) atau hanya dua roda  (4×2)"

Meski begitu, pengalaman dan skill berkendara tentu sangat berpengaruh pada jalannya mobil.

Mungkin karena ayah terlalu mempush dan menahan rem, sehingga gesekan tinggi, radiatornya menjadi sangat panas, sehingga mesin memang perlu diistirahatkan dan didinginkan sementara.

Ayah malah langsung menyiramnya dengan air, sehingga timbul uap yang banyak, sehingga mobil langsung mengebul seperti kebakaran.

 Seharusnya mesin hanya perlu didinginkan, kalau disiram seperti itu justru bisa membahayakan. Untuk mobil manual bahkan bisa membuat kerusakan dan radiator berkarat.

Untungnya untuk mobil matic, tidak terjadi apa-apa, karena radiatornya terlindungi.

Akhirnya kami memutuskan istirahat sejenak sambil menunaikan shalat Maghrib di mushola yang kebetulan berlokasi dekat tempat parkir kendaraan.

Melepas ketegangan, berhenti sejenak menatap indahnya alam (dokpri)
Melepas ketegangan, berhenti sejenak menatap indahnya alam (dokpri)

#####

Acara usai, saatnya kami harus pulang. Ada rasa was-was membayangkan turun pada kondisi jalan yang penuh tikungan dan turunan sepanjang belasan kilometer.

Pukul 13.30, kabut mulai turun, membuat suasana jalan gelap tertutup kabut (dokpri)
Pukul 13.30, kabut mulai turun, membuat suasana jalan gelap tertutup kabut (dokpri)

Kami menunaikan shalat dhuhur sekalian ashar, dijamak. Doa kali ini lebih panjang, agar diberi ketenangan dan keselamatan.

Bismillahi tawakkaltu 'alallahi wa la haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil 'adhim. 

Artinya: "Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

Kami mulai menempuh perjalanan pulang.

Melewati tikungan terjal dengan mulus membuat hati sedikit tenang. Jalannya tidak sesulit yang dibayangkan.

Baru turun beberapa ratus meter, dihadang kabut yang cukup pekat. Jarak pandang hanya beberapa meter, suasananya mirip sebelum subuh atau sesudah Maghrib, padahal baru pukul 13.37.

Kurasakan mobil berjalan agak tersendat, mungkin ayah melakukan injak dan lepas rem.

Kalau hal ini dilakukan sampai di jalan raya, gearbox bisa jebol.

Beruntung kabut mulai tersibak, dan ayah mulai lebih tenang. Laju mobil mulai halus dan stabil. Sepertinya ayah mulai paham menggunakan gigi yang tepat.

 Gigi pada mobil matic memiliki fungsinya masing-masing.

Berbeda dengan mobil manual yang giginya ditandai dengan angka 1 dan huruf N atau netral. 

Mengendarai mobil matic perlu memerhatikan penggunaan gigi yang tepat.

Berikut tips untuk melewati  turunan curam :

1. Turunan curam dan panjang akan memaksa rem bekerja keras. Untuk itu perlu cara khusus untuk melewatinya.

2. Saat melewati turunan curam jangan mengganti gigi ke N atau netral. Hal ini bisa merusak transmisi dan membuat engine brake tidak berfungsi.

3. Jika engine brake tidak berfungsi, akan memperberat kinerja rem, dan berpotensi rem blong.

4. Saat melewati turunan, tetap gunakan gigi D, baik D1 atau D2 agar laju mobil terkendali dan engine brake tetap berfungsi untuk membantu menahan laju mobil ( hondaoutsidejava.co.id)

Mobil kami terus melaju, meski pelan. Sementara di depan ada sepeda motor dan elf yang juga melaju pelan.

Ayah terlihat sudah sudah rileks, sudah bisa tersenyum dan mengomentari mobil di depan yang dianggap nya melaju terlalu pelan.

Jalan terus berkelok dengan tikungan tajam. Mirip trek ujian SIM tapi tidak berkesudahan, karena jarak yang harus ditempuh masih puluhan kilometer.

"Eits..! Jangan menyalib!" 

Aku mengingatkan ayah yang cepat-cepat fokus saat mau menyalib justru ada tikungan tajam, dan tiba-tiba ada mobil melaju dari arah berlawanan.

Shock terapy yang bagus sepertinya. Itulah sebabnya Marka jalan tercetak tebal, pertanda dilarang menyalib, sebab kita tidak tahu apa yang ada di depan karena tikungan tajam, sehingga kendaraan dari arah berlawanan tidak kelihatan.

Bisa terlihat saat melewati tikungan, dan itu sangat berbahaya dan bisa jadi terlambat. Jadi sebaiknya melaju pelan dan waspada, karena bisa jadi di depan sudah ada belokan berikutnya.

Belokan dan tikungan tajam masih harus dihadapi. Tapi tampaknya ayah sudah menemukan ritmenya dan menguasai Medan.

Aku ikut lega dan sedikit santai. Doaku kini bercampur rasa syukur.

Akhirnya kembali ke peradaban. Eh ..

Kembali ke jalan yang lurus, jalan raya yang mulus. Ini jalan biasa, tapi sepi dan mulus, berasa lewat jalan tol.

Alhamdulillah, lega. Akhirnya sudah kembali ke jalan raya (dokpri)
Alhamdulillah, lega. Akhirnya sudah kembali ke jalan raya (dokpri)

Semoga perjalanan kami lancar, aman dan nyaman sampai ke rumah kembali.

Home sweet home...

Sumber referensi :

https://www.auksi.co.id/detail-artikel/apa-perbedaan-awd-dan-4wd-cek-di-sini-penjelasannya#

https://hondaoutsidejava.co.id/info-terkini/tips-mengendarai-mobil-matic-di-turunan-supaya-tidak-cepat-r#

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun