Sebenarnya aku mengenal cemoe sudah sejak lama. Mungkin cemoe adalah pangan lokal atau kuliner khas daerah yang tidak ditemui di daerah lain.
Meski berupa minuman, kuliner ini mengenyangkan, sebab pakai isian roti tawar.
Di dekat tempat tinggal ku,wedang cemoe bisa ditemukan di warung yang juga menjual lontong tahu telor.Â
Dulu, saat aku masih mengontrak rumah, warung ini berada tak jauh dari rumah kontrakan. Cukup jalan kaki beberapa menit sudah sampai.Â
Warung ini juga merupakan warung berjasa bagiku, karena menjadi solusi untuk menjamu tamu tanpa repot memasak.Â
Bagaimana ceritanya jadi warung berjasa?
Ceritanya saat itu kedatangan kakak sulung suami, malam-malam. Agak bingung mau masak apa, tidak ada persediaan.Â
Beruntung  beliau orang baik. Mengajak kami keluar cari makan. Bahkan berjanji akan mentraktir. Tapi jangan makan yang lauknya ikan, ayam apalagi daging. Sebab, sebagai orang kota beliau sudah bosan makanan seperti itu. Inginnya makanan yang ndeso.Â
Kutawari nasi pecel lauk tempe atau rempeyek, bilangnya juga sudah bosan. Sebab setiap ke Madiun selalu nasi pecel yang dibelinya.Â
Setelah Aku tawarkan tahu telor, ternyata setuju. Okelah, kita jalan kaki ramai-ramai bersama kakak ipar, suami dan anak-anak untuk menikmati tahu telor di situ.Â
Itulah, mengapa warung ini kuanggap warung berjasa.Â