Fenomena seperti itu sah-sah saja jika sudah menjadi kesepakatan bersama, dan bisa berjalan dengan baik.
Sebaliknya, istri yang memilih fokus mengurusi rumah tangga, dan gaji suami selalu cukup untuk menutup kebutuhan rumah tangga juga patut diacungi jempol.
Tak perlu diperdebatkan. Setiap rumah tangga mempunyai kedaulatan sendiri - sendiri.
Kembali pada Wapres perempuan. Tentunya ini akan menarik jika seorang capres didampingi Wapres perempuan.
Kenapa bukan capres? Karena capres nya sudah terpilih dan semua laki-laki, sehingga akan lebih lengkap dan menarik jika wapresnya perempuan.
Seperti presiden Megawati pernah menjadi wakil dari Presiden Abdurrahman Wahid sebelum diangkat jadi presiden.
Di sini akan membuat para perempuan merasa terwakili.
Pembelaan kaum lelaki terhadap perempuan tentu berbeda jika pembelaan di lakukan oleh sesama perempuan yang paham dunianya.
Wapres perempuan akan memberi masukan dan melengkapi apa yang kurang dari capres laki-laki. Keduanya bisa bersinergi dan bekerja sama sebagai pasangan lengkap.
Wapres perempuan?
Bagaimana hubungannya dengan elektabilitas?
Coba kita simak data jumlah perempuan di Indonesia yang mempunyai hak pilih.