Rujak petis Bu Marni
Begitulah banner yang terpasang di depot mungil yang berlokasi di jalan raya tawang, Dolopo - Kebonsari.Â
Rujak petis tawang, lezat, murah, bumbu melimpah ini selalu kulewati setiap kali pergi ke pasar.Â
Depot ini baru buka setelah pandemi covid berlalu. Saat banyak UMKM pulih lebih kuat. Dan pelaku UMKM usaha kuliner mulai bermunculan.Â
Setelah sekian lama wira-wiri, akhirnya saya kesampaian juga singgah di sini.Â
Bu Harti dibantu Pak Puh, suaminya yang setia menemani dan melayani pembeli.Â
Bu Marni yang melayani pembelian Rujak petis dengan mengulek rujaknya, sedangkan Pak Puh melayani pembeli yang memesan minuman dan gorengan.Â
Pak Puh lincah menggoreng tempe mendoan dan heci yang tiap potongnya dihargai seribu rupiah.Â
"Rujak petisnya dua saja, Bu. Dibungkus, ya! " Aku memesan Rujak.Â
"Iya, Bu. Duduk dulu ya. Saya buatkan! " Jawab Bu Marni.
"Boleh foto-foto, Bu? " Tanyaku minta ijin.Â
"Silakan! Itu dulu juga ada yang foto-foto sama memvideo, dimasukkan fesbuk. Saya sih nggak papa, mungkin cocok dengan Rujak petis racikan saya, " Kata Bu Marni.Â
"Iya, Bu. Saya juga suka. Dulu sudah pernah membeli, " Kataku sambil asyik memfoto.Â
"Bumbunya pas, manis pedas asam asinnya pas, " Lanjutku.Â
"Biasanya kalau belajar membuat Rujak petisnya dari Surabaya, rasanya tidak mengecewakan, Bu!" Kata Bu Marni.Â
"Panjenengan asli Surabaya, Bu? " Tanyaku.Â
"Saya asli sini, tapi dulu bapaknya bekerja di Surabaya, jadi sudah berpengalaman! "
"Oh...! " Aku manggut-manggut.Â
Bu Marni asyik mengulek bumbu rujak petis, sementara saya memperhatikan bumbu- bumbu rujak petisnya.Â
Cabe, Â garam, terasi, pisang kluthuk mentah, kacang tanah goreng, diulek halus, dan ditambah irisan gula merah dan sedikit air asam.Â
Bu Marni menambahkan 2 sendok petis dan kembali mencampur dan mengulek halus.Â
Kemudian mengambil sejumput kangkung rebus sebagai sayuran. Harus kangkungkah? Kalau pecel atau lotek kan sayurannya bebas beragam. Tapi khusus rujak petis, sayuran yang paling pas itu kangkung.Â
Kalau diganti bayam, misalnya, namanya mungkin bukan rujak petis atau rujak cingur, karena kangkung adalah salah satu sayuran dalam rujak cingur yang tidak boleh di tinggalkan.Â
O, iya. Terkadang kita susah membedakan rujak petis dan rujak cingur.Â
Bedanya, rujak petis tanpa irisan kulit sapi atau cingur. Sedang rujak cingur ditambahkan kulit sapi bagian hidung atau cingur.Â
Selain kangkung, sayuran yang ditambahkan adalah mentimun dan tauge.Â
Ada juga potongan tahu, tempe dan lontong.Â
Karena ini rujak petis, maka tidak ada cingurnya. Harganyapun murah, hanya 6 ribu setiap porsinya.Â
Kalau memakai cingur atau rujak cingur, harganya bisa di atas 10 ribu.Â
Tak lama ada pembeli datang, dan memesan rujak petis dan membeli heci dan tempe mendoan.Â
Seiring pandemi yang telah menepi, UMKM usaha kuliner bersemangat melaksanakan usahanya.Â
Usaha kuliner merupakan salah satu usaha favorit para pelaku UMKM, sebab usaha ini dibutuhkan semua orang setiap hari.Â
Adanya pandemi yang telah melanda, membuat para pelaku usaha kuliner lebih berpengalaman untuk tumbuh dan pulih lebih kuat.Â
Mereka juga banyak mendapat pelatihan dan dukungan untuk membangun usaha kuliner yang lebih menarik dan hygienis.Â
Pelayanan dan keramahan, kebersihan, inovasi, kreasi, cita rasa, dan keunikan menjadi andalan untuk menarik pembeli.Â
Yang tidak boleh dilupakan tentu kerja keras dan doa yang selalu terpanjat pada Alloh yang Maha Kaya.Â
Tiap-tiap makhluk mempunyai rezeki masing-masing.Â
Semoga UMKM pelaku usaha kuliner senantiasa laris manis, penuh semangat, tumbuh dan pulih lebih kuat.Â
Semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H