Tapi yang namanya sahabat, mau berantem kaya apa, ujung-ujungnya akrab lagi.Â
Dalam bersahabat itu ada keikhlasan. Kalau saya lebih suka mengalah. Misalnya saat naksir cowok yang sama, ya saya memilih mundur. Bukan karena saya berhati mulia, tapi kalau bersaing juga aku pasti kalah, hahaha...Â
Sahabat tentunya lebih utama. Tidak lucu kan bersaing dengan sahabat sendiri. Kecuali masalah pelajaran. Itu pun bukan bersaing, tapi karena memang sama-sama pintar. Eh...Â
Ngomong-ngomong tentang sahabat, itu biasanya sesama perempuan, atau sesama lelaki.Â
Kalau lain jenis, biasanya kebanyakan jadi jatuh hati.Â
Tapi kalau aku bersahabat dengan lelaki, tidak bisa jatuh hati. Maksudnya berubah menjadi cinta. Belum pernah seperti nya.Â
Soalnya, kalau aku menganggap teman lelaki sebagai sahabat, jadi berasa seperti muhrim. Ya sudah biasa, tidak ada rasa dagdigdug. Hehehe...Â
Tapi ya, itu. Justru seharusnya dibalik. Karena sudah jadi suami, maka dijadikan sahabat juga.Â
Enak kan kalau bersahabat dengan suami/ istri sendiri.Â
Mau melakukan apa saja, sah-sah saja. Malah mungkin itu yang terbaik kalau sudah menikah, dan ingin mempunyai sahabat lawan jenis.Â
Jadikan saja suami/istri sebagai sahabat sejati.Â