Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lahan Makam Desa yang Ramah

16 Juni 2023   13:21 Diperbarui: 16 Juni 2023   13:32 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam desa (dokpri) 

Jadi meski di areal makam umum, tanah di ujung makam itu milik sendiri. Di situ dimakamkan almarhum bapak, saudara-saudara bapak dan istrinya, keponakan, ibu, dan adik saya. 

Sebenarnya, areal makam itu bebas dipergunakan seluruh warga. 

Bahkan banyak warga, yang keluarganya tinggal di kota lain, saat meninggal dimakamkan di situ, tanpa syarat. 

Bahkan saat pandemi covid-19 pun, ada beberapa korban yang dimakamkan di situ. 

Makam itu memang sangat ramah, dan bebas dimanfaatkan warga. Sangat berbeda dengan di kota yang diperjual belikan. 

Bahkan di desa-desapun mulai banyak makam yang memberlakukan syarat tertentu, bahkan harus membayar. 

Apakah di tempat para pembaca dan kompasianer juga mengalami krisis lahan makam? 

Mungkin mulai sekarang kita perlu memikirkan, di mana suatu saat nanti raga kita akan dimakamkan. 

Kalau di kota besar, satu liang lahat mulai dipergunakan untuk 2 orang, mungkin lebih yang disebut makam tumpang. 

Mungkin itu salah satu cara untuk mengefisienkan fungsi makam. 

Tapi di desa, hal seperti itu belum lazim dilakukan karena lahan makam masih cukup luas tersedia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun