Ngundhuh Mantu, Mbecek dan Tausiyah Pernikahan

Pernikahan

Pernikahan adalah awal terbinanya sebuah rumah tangga

Tentunya semua pasangan pengantin mengharapkan kehidupan pernikahan yang langgeng bersama pasangannya. 

Untuk itu, biasanya mereka melaksanakan upacara adat dan kebiasaan agar pernikahan berjalan lancar.

Upacara adat, biasanya juga untuk menjalin silaturahmi dan keakraban kedua keluarga pengantin agar saling mengenal dan membawa aura positif pada kehidupan pernikahan kedua pengantin. 

Baca juga: Kencan dan Kerja, Bagaimana Keduanya Bisa Jalan Bersama?

Menjadi tauladan dan inspirasi bagaimana bergaul di lingkungan keluarga dan masyarakat yang seimbang dan penuh keharmonisan. 

Kondangan 

Minggu yang syahdu. 

Hari ini kebetulan ada undangan jagong manten di tetangga dekat yang ngundhuh mantu. 

Karena dapat undangan pas hari H, kami memilih kondangan saat hari H saja. 

Baca juga: 7 Pemicu Perselingkuhan di Tempat Kerja yang Perlu Diwaspadai

Kalau tidak ada undangan jagong manten, biasanya kita datang sebelum hari H. 

Baca juga: Bercerai, Bagaimana Bisa Terjadi dan Apa yang Harus Dilakukan?

Atau kalau tidak dapat undangan, ya kita tidak kondangan, sebab untuk sebuah pesta seperti pernikahan, akan sangat memalukan kalau datang tanpa diundang, meski untuk menyumbang. 

Berbeda dengan kesripahan atau kematian, asal tahu beritanya, tanpa diundangpun kita datang. Bahkan tidak kenal pun ikut melayat jika masih satu wilayah. 

Di sini, menyumbang di tempat orang punya hajad, biasanya disebut mbecek atau becekan. Kalau di surabaya, mungkin namanya buwuh. Kalau di tempat asal saya, namanya kondangan. 

Katanya sih, di sini acara becekan dan jagong mantu biasanya terpisah, sehingga tamu harus datang dua kali. 

Datang pertama untuk mbecek dan kedatangan kedua untuk memenuhi undangan walimatul ursy atau jagong manten.

Kalau di tempat saya,  tamu cukup datang sekali, bisa memilih saat kondangan tanpa kehadiran pengantin, atau pas resepsi pengantinnya. 

Yang membedakan cuma kalau saat resepsi ada acara adat dan pengantinnya. Kalau datang sebelumnya, biasanya pengantin tidak ikut muncul menyambut tamu. 

Ada lagi adat kebiasaan setempat, kalau tetangga dekat, biasanya diminta ikut rewang, membantu saat hajadan. 

Tapi kali ini, saya tidak diminta ikut rewang, mungkin karena beda RT meski dekat, kami tidak diminta ikut rewang. 

Nggak apa-apa, kita hargai saja tuan rumah. Ikut saja apa yang sudah direncanakan. Takutnya merepotkan dan merusak acara kalau datang tak diundang, hehehe... 

Ngunduh Mantu

Bapak pengantin laki-laki memberi minum pada pengantin perempuan, sebagai simbol penerimaan (dokpri) 

Ngunduh Mantu adalah istilah hajadan pengantin yang diselenggarakan pihak laki-laki. 

Ngunduh mantu ini juga merupakan kunjungan balasan keluarga pengantin perempuan kepada pengantin laki-laki yang sudah berkunjung saat acara akad nikah dan resepsi di tempat pengantin perempuan. 

Dengan begitu, kedua keluarga saling mengenal, mengakrabkan diri dan bersilaturahmi secara resmi agar terjalin kedekatan dan kekeluargaan sambil mempelajari kebiasaan di daerah mertua atau besan. 

Acara ngunduh mantu yang sederhana, di Jawa Tengah biasa disebut Temon Besan. 

Acara ini merupakan kunjungan keluarga pihak pengantin perempuan ke pihak laki-laki sambil mengantar pengantin. 

Acara ini hanya dihadiri kedua belah pihak mempelai dan tetangga dekat, tapi dikemas sebagai silaturahmi. Hanya seperti saling bertamu. 

Acara dalam Ngunduh Mantu

Rombongan keluarga pengantin perempuan mengiringi pengantin (dokpri) 

Biasanya acara dimulai saat pengantin diiringi keluarga besarnya sudah tiba dari rumah pengantin perempuan. 

Tapi ada juga pengantin yang sudah melaksanakan akad nikah di tempat pengantin perempuan, datang sehari sebelum acara dan menginap di tempat yang sudah disediakan pihak pengantin laki-laki. Sehingga saat hari H, tamu tidak harus menunggu pengantin tiba, baru acara dimulai. 

Dengan begitu, acara mau diadakan jam berapa saja, pengantin dan keluarga yang mengiringinya sudah siap, dan tamu tak perlu menunggu. 

Susunan Acara Ngunduh Mantu

Dalam acara ngunduh Mantu, biasanya dilakukan dalam suatu susunan acara, yaitu :

1. Penyambutan Pengantin

Penyambutan dilakukan saat pasangan pengantin memasuki area rumah pengantin laki-laki diiringi keluarga dari pihak pengantin perempuan yang mengantarkannya . 

Biasanya ada beberapa adat dan kebiasaan yang dilakukan untuk menyambut kedatangan pengantin, diiringi ucapan selamat datang dan shalawat. 

Setelah pengantin sampai di depan rumah, disambut dan dituntun kedua orang tua pengantin laki-laki dengan mengalungkan selendang yang dipegangi bersama dan menyelimuti kedua pengantin. 

Dibelakang pengantin, keluarga besar pengantin perempuan yang merupakan keluarga besar pengantin perempuan ikut mengiringi dan dipersilakan memasuki rumah pengantin perempuan untuk menempati posisi yang telah disediakan. 

2. Pembukaan 

Pranata acara membuka acara (dokpri) 

Pembuka acara dilakukan oleh pranata acara dengan mengucap Alhamdulillah atas kedatangan pengantin, dan mengajak membaca al-fatihah bersama-sama. 

3. Pembacaan Ayat Suci Al-Quran. 

Pembacaan ayat suci Al-Quran (dokpri) 

4. Penyerahan pengantin dari pihak pengantin perempuan. 

Penyerahan pengantin perempuan (dokpri) 

5. Penerimaan pengantin dari pihak laki-laki. 

Dokpri

6.Tausyah Pernikahan

Tausyah pernikahan kali ini diberikan oleh Bapak Kiai Haji Amir Annas yang memberikan dasar-dasar dalam berumah tangga agar keluarga langgeng dengan rizki yang berkah. 

Kita boleh bersyukur, dengan berapapun rizki yang didapat. Tapi yang namanya berkah itu banyak. 

Jadi yang kita harapkan bukan sedikit asal berkah, tapi rizki yang banyak dan berkah. Bener nggak nih? Hehehe.. 

Bp. KH Amir Annas (dokpri) 

Lebih jauh lagi, untuk membangun sebuah rumah tangga, kita harus :

1. Paham agama. 

Paham agama di sini maksudnya tidak hanya tahu dan hafal, tapi juga dilaksanakan. 

Keluarga yang dilandasi dengan kepahaman agama, Insya Allah akan berjalan langgeng, sebab kedua pasangan melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan pernikahan secara seimbang dan sesuai perintah agama. 

2. Tahu tata krama. 

Memahami tata krama sangat penting dalam kehidupan pernikahan dan hidup bermasyarakat. 

Kita harus memahami tata krama dan tata cara dalam kehidupan di mana kita bertempat tinggal. 

Seperti orang Jawa yang harus paham bahasa Jawa, termasuk penggunaan bahasa krama yang unik dan rumit. 

Dalam mengaplikasikan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak tingkatan. 

Jika tidak benar-benar paham, justru mengacaukan tata krama. 

Sebab menggunakan bahasa Jawa paling halus untuk menyebut diri sendiri justru berubah menjadi kurang ajar. 

Itulah uniknya bahasa jawa, sehingga generasi sekarang justru memilih bahasa Indonesia untuk berkomunikasi meski merupakan orang Jawa. 

Tapi tetap saja bahasa daerah harus dijaga kelestariannya sebagai kekayaan budaya bangsa dalam adat budaya yang adiluhung. 

3. Rizki yang halal. 

Rizki yang halal untuk menafkahi keluarga sangat penting. 

Sebab dari rizki yang dimakan itulah akan tumbuh menjadi daging yang menyertai pertumbuhan anak-anak kita. 

Mempengaruhi perilaku dan akhlak mereka. Tentunya kita tidak berharap memberi makan keluarga dari hasil suap, hasil korupsi, hasil mencuri dan memanipulasi. 

Tapi kita memberi nafkah keluarga dari hasil kerja keras yang halal. 

4. Sederhana dalam membelanjakan harta.

Sederhana itu secukupnya dan tidak berlebihan. Tapi bukan pelit, apalagi dengan pemborosan. 

Berlatih membelanjakan harta sesuai kebutuhan, jangan keinginan. 

Jangan terpengaruh gaya hidup orang lain, tapi ukurlah kebutuhan diri sendiri. 

Hidup sesuai kemampuan, sehingga keluarga aman, nyaman dan tidak terlibat hutang. 

Dengan membiasakan hidup sederhana, Insya allah kita akan selalu menjadi manusia yang berkecukupan dan selalu bersyukur. 

Insya allah. Aamiin... 

7. Doa Penutup

Acara ditutup dengan doa, diikuti memberi selamat pada kedua mempelai dan berpamitan pada tuan rumah. 

Semoga kita selalu diberi kenyamanan dalam membina rumah tangga, terhindar dari perceraian dan dampak perceraian yang  menyengsarakan anak turun kita. 

Rabbana atinna fiddunya hasanah, wafil akhirati hasanah, waqinna adzabbannar...