Yang dirasakan hanya gelap, hitam dan kesunyian. Ditata nafasnya pelan, tapi teratur, indra pendengarannya mulai fokus, gemerisik daun terasa jelas tertangkap telinganya.Â
Sunyi, hanya desiran angin, detak jantungnya, desahan nafasnya, suara-suara itu mulai datang, pelan, sekilas, riuh, ramai dan gaduh.
Laksmi berusaha menanggalkan egonya, pelan-pelan dirinya menjadi laki-laki, menguap dan melebur bersama kegaduhan itu.
"Pak Laksmana, pendapat bapak begitu cerdas dan mengena, bagaimana bapak bisa begitu menguasai permasalahan ini?
Laksmana tak menjawab, diabaikan pertanyaan seorang dosen yang menyukai tulisannya, dan mengirim pesan kepadanya.Â
Terkadang dia juga suka menulis. Permasalahan yang sesuai dengan keilmuan yang dikuasai nya.
Rangga membalas chat dari cewek-cewek genit yang mengagumi ketampanan foto profilnya.Â
Dicobanya selalu membalas dengan sopan tapi tetap simpatik, agar gadis-gadis remaja itu tetap berkomunikasi dengannya dalam jalur yang lurus, tidak melenceng dari norma dan etika.
Laksmi membuka matanya, kembali menemukan dirinya dan bersyukur menikmati desah angin dan kicau burung di halaman belakang rumahnya. Ditinggalkan dunia maya, kembali ke alam nyata.
Terkadang orang lebih suka terbuai dengan dunia maya yang indah dan sempurna.Â
Mereka tidak sadar, dunia maya tidak selalu realita yang sesungguhnya.Â